Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

Masyarakat adat di Himalaya yang menyelamatkan populasi sapi gunung dari ancaman deforestasi dan perubahan iklim

Populasi mithun atau sering disebut sebagai sapi gunung di Himalaya terancam karena deforestasi dan perubahan iklim. Masyarakat adat…

zoom-in Masyarakat adat di Himalaya yang menyelamatkan populasi sapi gunung dari ancaman deforestasi dan perubahan iklim
BBC Indonesia
Masyarakat adat di Himalaya yang menyelamatkan populasi sapi gunung dari ancaman deforestasi dan perubahan iklim 

Populasi mithun atau sapi gunung di Himalaya terancam karena deforestasi dan perubahan iklim. Masyarakat adat membangun 'pagar hidup' untuk melindungi spesies yang terancam punah itu.

Di kaki bukit bagian timur Himalaya, India, seorang peternak, Yang Ering Moyong mengenakan kemeja longgar dan celana panjang lalu bergegas menjalankan aktivitasnya pada pagi hari.

Dia berjalan melewati semak-semak lebat di perbukitan yang mengelilingi desa Mirem menuju hutan.

Moyong berhenti sejenak sambil mengeluarkan suara nyaring bernada tinggi, sebuah panggilan untuk kawanan mithun yang ia rawat. Mithun merupakan spesies semi-liar yang terancam punah.

Ibu dua anak berusia 39 tahun itu merupakan satu-satunya perempuan penggembala di desanya.

Dia adalah anggota suku asli Adi di Arunachal Pradesh. Moyong mulai merawat mithun setelah suaminya meninggal delapan tahun lalu.

"Ini bukan hal yang mudah," katanya.

BERITA TERKAIT

"Mertua saya memiliki 50 ekor mithun pada 2013. Hampir setengahnya dimakan anjing liar. Saya harus menjual beberapa di antaranya karena mereka masuk ke peternakan lain dan merusak tanaman," kata Moyong.

Untuk menutupi biaya hidup keluarganya, Moyong juga bekerja sebagai tenaga pengajar yang ditunjuk negara untuk mendidik perempuan di Mirem dan desa-desa lainnya dalam bidang keterampilan berwirausaha.

Merawat mithun pada akhirnya membuat Moyong harus merogoh kocek lebih dalam.

"Pada 2019, saya harus membayar ganti rugi sebesar Rs40.000 (setara Rp7.800.000) untuk tanaman yang rusak karena mithun peliharaan kami tersesat dan masuk ke lahan milik orang lain," jelas Moyong.

Angka itu merupakan akumulasi terhadap lima hingga enam kejadian serupa sepanjang tahun.

Di sisi lain, dia juga harus menghidupi keluarganya dengan pengasilan sebesar Rs12.000 (sekitar Rp2.300.000) per bulan sebagai seorang pengajar.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas