Perjuangkan Vaksin Polio untuk Anak-anak di Gaza, PBB Serukan Jeda Kemanusiaan
PBB terus berupaya agar bisa menyuntikkan vaksin Polio untuk anak-anak di Gaza di tengah perang yang belum juga menemui akhir.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus berupaya agar bisa menyuntikkan vaksin Polio untuk anak-anak di Gaza di tengah perang yang belum juga menemui akhir.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres pada Jumat (16/8/2024) kemarin, menyerukan agar pihak-pihak yang berkonflik di Gaza bersedia menyepakati jeda kemanusiaan agar kampanye vaksin Polio dapat dilakukan, Reuters melaporkan.
Saat berbicara kepada wartawan di PBB, Guterres menekankan bahwa pencegahan dan penanggulangan penyebaran polio di daerah kantong tersebut memerlukan upaya besar, terkoordinasi, dan mendesak.
"Mari kita perjelas, vaksin terbaik untuk Polio adalah perdamaian dan gencatan senjata kemanusiaan segera," kata Guterres, dikutip dari laman resmi PBB.
Namun, katanya, bagaimana pun juga, jeda kemanusiaan sementara agar dapat menyuntikkan vaksin Polio adalah suatu keharusan.
"Tidak mungkin melakukan kampanye vaksinasi polio saat perang sedang berkecamuk di mana-mana," lanjutnya.
Guterres mengatakan PBB siap meluncurkan kampanye vaksin polio di Gaza untuk anak-anak di bawah usia 10 tahun, tetapi di satu sisi, ia mengakui kalau tantangannya begitu serius.
Ia menggambarkan Gaza sebagai “kejatuhan kemanusiaan” karena penderitaan justru bertambah dan disaksikan oleh mata dunia.
Temuan virus Polio
Dikutip dari Middle East Eye, setidaknya 95 persen cakupan vaksinasi akan dibutuhkan selama masing-masing dari dua putaran kampanye untuk mencegah penyebaran polio dan mengurangi kemunculannya mengingat kehancuran di Gaza.
Baca juga: Pertama Kali dalam 25 Tahun, Virus Polio Muncul di Gaza, PBB: Hamas-Israel Harus Gencatan Senjata
Yang paling penting, kampanye yang sukses akan membutuhkan fasilitasi transportasi untuk vaksin dan peralatan pendingin di setiap langkah, masuknya para ahli Polio ke Gaza, layanan internet dan telepon yang andal, dan elemen-elemen lainnya.
"Polio terdeteksi dalam limbah di provinsi Deir Al-Balah dan Khan Yunis di Gaza," kata Dr. Hamid Jafari, spesialis polio WHO, dalam konferensi pers awal bulan ini, seraya menambahkan ada kemungkinan virus itu telah beredar sejak September.
Dengan temuan ini, artinya penyakit tersebut – yang dapat menyebabkan kelumpuhan – beredar di daerah kantong tersebut dan membahayakan ribuan anak.
“Polio tidak peduli dengan garis pemisah – dan polio tidak menunggu,” katanya.
Epidemi Polio
Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan epidemi polio di daerah kantong Palestina itu bulan lalu.
Otoritas Gaza menyalahkan serangan militer Israel yang sedang berlangsung di Gaza.
Vaksin siap diluncurkan
Dimulai pada akhir bulan, PBB akan meluncurkan kampanye dua tahap untuk memvaksinasi lebih dari 640.000 anak di Gaza yang berusia di bawah 10 tahun.
WHO telah menyetujui pelepasan 1,6 juta dosis vaksin polio dan Dana Anak-anak PBB (UNICEF) mengoordinasikan upaya pengiriman dan peralatan rantai dingin yang dibutuhkan untuk penyimpanan.
Sementara itu, tim medis dari badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA – penyedia layanan kesehatan primer terbesar di Gaza – siap memberikan vaksin dan membantu logistik.
Kasus Polio dikonfirmasi
Seorang pejabat senior Barat, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan mereka memahami setidaknya ada satu kasus yang dikonfirmasi dan dua kasus yang diduga terjadi di antara warga Palestina di daerah kantong itu.
Sayangnya, mungkin tidak akan ada jeda kemanusiaan tunggal tetapi beberapa jeda yang lebih pendek.
Bahayanya adalah bahwa ancaman wabah penyakit tidak terbatas di Gaza, yang menurut pejabat tersebut merupakan "bom waktu penularan".
Pejabat tersebut menjelaskan bahwa ketika musim hujan dimulai akhir musim gugur ini, limbah mentah yang terkontaminasi dapat "terdorong" ke akuifer tempat Israel, Mesir, dan Yordania mengambil air.
Poliomielitis, yang menyebar terutama melalui jalur fekal-oral, adalah virus yang sangat menular yang dapat menyerang sistem saraf dan menyebabkan kelumpuhan.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun paling berisiko terkena penyakit virus ini, terutama bayi di bawah usia 2 tahun, karena kampanye vaksinasi normal telah terganggu oleh konflik selama 10 bulan.
Tanpa layanan kesehatan yang layak, penduduk Gaza sangat rentan terhadap wabah penyakit, kata pejabat kesehatan masyarakat dan kelompok bantuan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)