Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Prajurit Ukraina Eks Polisi Maju ke Garis Depan Berbekal Sekop Tumpul, Menyerah Karena Kelaparan

Peperangan Rusia melawan Ukraina meninggalkan trauma tersendiri dari orang-orang yang terlibat secara langsung di garis depan.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Prajurit Ukraina Eks Polisi Maju ke Garis Depan Berbekal Sekop Tumpul, Menyerah Karena Kelaparan
Anatolii STEPANOV / AFP
Ilustrasi seorang tentara Ukraina menggali parit di garis depan dekat kota Kreminna, wilayah Lugansk 

“Dua bangsa yang bersaudara sedang diadu satu sama lain. Perang adalah neraka. Pemerintah menggelapkan uang sementara rakyat biasa menderita. Mereka berbisnis, dan komandan tidak lebih baik,” tambahnya.

Aleksandr Makievsky
Aleksandr Makievsky

Banyak tentara Ukraina yang memilih untuk menyerah menuduh Kiev memperlakukan mereka sebagai “umpan meriam” dan gagal mendukung mereka dalam pertempuran dengan peralatan dasar.

Mereka juga mengeluhkan kurangnya pelatihan dasar dan banyaknya desersi. Sementara itu, militer Rusia telah menyiapkan frekuensi radio khusus yang dapat digunakan warga Ukraina untuk menyerah sambil menjamin perlakuan manusiawi kepada tawanan perang.




Ukraina Tahan 250-an Pasukan Rusia di Kursk

Hal tersebut tidak terjadi pada pasukan Ukraina saja. Tentara Rusia pun mengaku dipaksa menjadi pasukan Vladimir Putin karena paksaan dari negaranya.

Seorang wajib militer yang menyebut dirinya sebagai Nikolai mengatakan kepada The Washington Post bahwa ia melukai dirinya sendiri dengan granat dengan harapan akan mati dan tidak ditangkap.

Ia mengatakan pasukan Ukraina memberinya pertolongan pertama dan kemudian mengevakuasinya ke sebuah klinik, di mana ia menjalani rontgen dan operasi untuk mengeluarkan pecahan peluru dari lukanya.

BERITA TERKAIT

"Kami tidak ingin bertempur. Kami dijanjikan tidak akan ambil bagian dalam aksi militer sama sekali. Namun, ada yang tidak beres," kata Nikolai.

Ia mengaku sebagai seorang wajib militer berusia 22 tahun dari Chelyabinsk, kepada Washington Post.

Nikolai  mengatakan pasukan Ukraina menyerang markas mereka pada 6 Agustus, dan komandan mereka meninggalkan para prajurit tanpa memberi mereka instruksi tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Karena takut mereka akan dibunuh jika tetap tinggal, para pemuda itu berjalan selama tiga hari melalui hutan dan rawa-rawa dan "tidur di tanah yang dingin," di mana mereka bertemu dengan sekelompok tentara Ukraina.

Nikolai bersama lebih dari 250 wajib militer ditawan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina (UAF) selama operasi militer di wilayah Kursk.

The Washington Post melaporkan dari pusat penahanan untuk tentara Rusia menyebutkan, 320 warga Rusia yang akan dikirim ke kamp pemasyarakatan lain di Ukraina telah melewati penjara ini dalam 10 hari terakhir.

Berdasarkan laporan tersebut, para tentara tawanan tersebut mengaku diperlakukan dengan baik dan diberi perawatan medis yang diperlukan.

Para wajib militer tersebut menyebutkan bahwa perwakilan Palang Merah Internasional berada di penjara tersebut. Para tentara yang dipenjara diberi kertas dan perlengkapan sehingga mereka dapat menulis surat kepada keluarga mereka. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas