Prajurit Ukraina Eks Polisi Maju ke Garis Depan Berbekal Sekop Tumpul, Menyerah Karena Kelaparan
Peperangan Rusia melawan Ukraina meninggalkan trauma tersendiri dari orang-orang yang terlibat secara langsung di garis depan.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Peperangan Rusia melawan Ukraina meninggalkan trauma tersendiri dari orang-orang yang terlibat secara langsung di garis depan.
Selain menghadapi ancaman serangan para musuhnya, mereka juga berada di bawah ancaman para atasannya kalau tak mau berperang akan dieksekusi rekannya sendiri.
Salah satu prajurit tersebut adalah Aleksandr Makievsky, mantan perwira polisi Ukraina yang ditangkap oleh pasukan Rusia.
Baca juga: Pemimpin Chechnya Siap Kirim Tesla Cybertruck Dilengkapi Senapan Mesin untuk Perangi Ukraina
Russia Today mengabarkan prajurit tersebut menyerah bersama beberapa rekannya karena kelaparan tak diberi makanan dan minuman atasannya selama berhari-hari di medan perang.
Kementerian Pertahanan Rusia memberitakan Makievsky menyerahkan diri secara sukarela setelah mengalami kesulitan dalam peperangan.
Ia menuding komandannya yang kejam dan tidak berperasaan kepada para prajuritnya sendiri. Ia dan beberapa rekannya ditinggal kabur begitu saja oleh atasannya.
Makievsky sejatinya adalah seorang perwira polisi di Ukraina. Namun ia dipecat oleh kepolisian akibat menolak bergabung menjadi prajurit untuk berperang.
Berselang tiga bulan ia kehabisan uang dan mau tak mau ia harus menandatangani kontrak militer karena alasan tersebut.
Penawaran bahwa ia akan ditempatkan di garis kedua peperangan tersebut juga yang membuatnya bersedia bergabung dengan militer Ukraina.
Pria ini berpikir kalau ia tidak akan berperang langsung melawan pasukan Rusia. Akan tetapi janji tinggal janji, kenyataannya ia ditempatkan digaris depan peperangan. memang bukan untuk berperang, ia bertugas menggali parit untuk benteng pasukan Kiev.
Baca juga: Gempa M 7,0 Guncang Rusia, Beberapa Gempa Susulan Tercatat hingga USGS Keluarkan Peringatan Tsunami
“Kami segera dibawa dan dibuang ke sana dan disuruh menggali. Sekopnya tumpul, pekerjaan tidak mungkin dilakukan,” kenangnya. “Kami tidak punya makanan atau air. Pada hari keenam, saya pikir saya akan mati.”
Ia juga menceritakan bagaimana suatu hari ia mendengar obrolan radio yang sangat kacau dan menegangkan ketika satu kelompok Ukraina memutuskan untuk mundur.
“[Kelompok itu] diberi tahu: ‘Jika kalian mundur, kami akan menembakkan roket Grad ke posisi kalian. Perang akan menghapus semuanya.”
Makievsky mengakui bahwa ia takut dan ingin pergi, tetapi ia tahu bakalan dieksekusi oleh rekan-rekan pasukannya.