Sumber Palestina Ungkap Isi Proposal Terbaru: AS Tidak Serukan Gencatan Senjata Permanen
Sumber Palestina mengungkapkan rincian proposal terbaru dari Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
Hamas juga menyatakan mendukung rencana mediator pada bulan Mei, menyambut baik pernyataan Joe Biden dan teks resolusi Dewan Keamanan PBB, dan membalas positif usulan mediator pada tanggal 2 Juli 2024.
Setelah pernyataan trilateral tersebut, Hamas mengatakan pihaknya mendesak para mediator untuk mengajukan rencana guna melaksanakan usulan tersebut sehingga negosiasi tidak menjadi lingkaran setan.
"Setelah mendengarkan para mediator terkait apa yang terjadi dalam putaran perundingan terakhir di Doha, menjadi jelas bagi kami sekali lagi bahwa Netanyahu masih menempatkan hambatan dalam upaya mencapai kesepakatan, menetapkan persyaratan dan tuntutan baru yang bertujuan untuk menggagalkan upaya para mediator dan memperpanjang perang," pernyataan tersebut merinci.
Hamas merinci bagaimana proposal baru tersebut selaras dengan persyaratan Netanyahu, khususnya penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, desakannya untuk terus menduduki poros Netzarim, penyeberangan Rafah, dan koridor Philadelphia.
Netanyahu menetapkan persyaratan baru untuk pertukaran tahanan dan menarik kembali komitmen lain, yang mencegah selesainya kesepakatan pertukaran.
Berdasarkan dokumen yang dikutip oleh New York Times (NYT) pada 13 Agustus 2024 kemarin, Netanyahu terus menambahkan persyaratan baru pada tuntutan Israel setiap kali kesepakatan gencatan senjata hampir tercapai.
Dokumen yang tidak dipublikasikan menunjukkan bahwa Israel menyampaikan daftar ketentuan baru pada akhir Juli kepada mediator Amerika, Mesir, dan Qatar yang menambahkan persyaratan yang kurang fleksibel pada serangkaian prinsip yang telah dibuat pada akhir Mei, lapor New York Times.
Dokumen-dokumen tersebut memperjelas bahwa manuver di belakang layar yang dilakukan oleh pemerintahan Netanyahu sangatlah luas.
Gerakan perlawanan tersebut menganggap Netanyahu "bertanggung jawab penuh atas kegagalan upaya mediator, terhalangnya tercapainya kesepakatan, dan bertanggung jawab penuh atas nyawa para tawanannya, yang menghadapi bahaya yang sama seperti rakyat kami akibat agresi berkelanjutan dan penargetan sistematisnya terhadap semua aspek kehidupan di Jalur Gaza ."
Hamas menyatakan bahwa Netanyahu terus menunda perjanjian gencatan senjata untuk memberi tentara Israel lebih banyak waktu untuk membunuh warga Palestina dan menghancurkan rumah dan infrastruktur di Gaza.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)