Jenderal Purn IDF: Israel Bisa Runtuh dalam Setahun Akibat Perang Atrisi Lawan Hamas-Hizbullah
Yitzhak Brik memperingatkan bahwa perang atrisi yang berkepanjangan dengan Hamas dan Hizbullah dapat menyebabkan Israel runtuh dalam setahun
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Lebih jauh, Brik menuduh juru bicara IDF memberikan informasi yang menyesatkan mengenai efektivitas operasi di Gaza dan jumlah korban Hamas.
Ia menyoroti bahwa pejuang Hamas tidak terlibat dalam pertempuran langsung, sehingga menyulitkan pasukan Israel untuk menimbulkan kerusakan besar.
Menurut Brik, perwira tinggi di lapangan secara diam-diam menganjurkan gencatan senjata untuk mengatur ulang dan memulihkan kembali kekuatan.
"Pasukan Israel kelelahan, dengan amunisi yang menipis dan peralatan yang sudah usang, dan ada keengganan yang semakin besar di antara para prajurit cadangan untuk bergabung kembali dalam pertempuran," tegasnya.
Sudah Kelelahan di Gaza Saat Harus Menyerbu Hizbullah
Terkait kondisi pasukan Israel, Surat kabar Amerika Serikat (AS), The American Wall Street Journal mengatakan bahwa perang yang telah berkecamuk di Jalur Gaza selama lebih dari 10 bulan telah menghabiskan energi tentara Israel (IDF), khususnya dari divisi cadangan yang menjadi ujung tombak dalam agresi darat tersebut.
Kondisi ini membatasi pilihan Israel, yang dengan hati-hati mempertimbangkan untuk melancarkan perang melawan Lebanon. Hizbullah.
Baca juga: IDF Bagikan Dokumen Skenario Perang Besar-besaran, Hizbullah Menyusup dari Utara dan Tepi Barat
Media AS tersebut mencatat dalam laporannya kalau Israel, sebuah negara kecil dengan populasi kurang dari 10 juta orang, sangat bergantung pada tentara cadangan untuk membantu tentara menjalankan tugasnya di saat krisis.
"Ketika perang di Gaza memasuki bulan ke-11, dan ketika baku tembak terus-menerus terjadi dengan milisi di wilayah tersebut seperti Hizbullah, surat kabar tersebut mengatakan bahwa banyak tentara cadangan mendekati titik puncaknya, karena mereka menderita kelelahan dan frustrasi, dan berjuang untuk bertahan hidup," tulis ulasan Khaberni mengutip lansiran WSJ.
Situasi itu makin menghimpit faktor psikis para tentara IDF karena mereka harus mencapai keseimbangan antara keluarga, pekerjaan, dan dinas militer. Sementara kerugian ekonomi akibat ketidakhadiran mereka dari pekerjaan aslinya semakin meningkat.
Baca juga: Iran Segera Menyerang, Knesset Israel: Serbuan IDF ke Lebanon Jadi Bencana yang Belum Pernah Terjadi
Ragu-ragu Lancarkan Perang
Menurut laporan surat kabar tersebut, tekanan yang diberikan kepada para tentara IDF adalah salah satu alasan yang membuat para pejabat Israel enggan untuk melancarkan perang menyeluruh melawan Hizbullah.
Perang besar-besaran, memerlukan penggunaan kelompok tentara cadangan yang sama dan sudah kelelahan untuk melawan Hizbullah, kekuatan militer yang lebih unggul dari gerakan perlawanan Hamas.
Mantan Ketua Dewan Keamanan Nasional Israel Yaakov Amidror menilai Israel belum mempersiapkan diri untuk perang jangka panjang.
“Kami berpikir untuk melancarkan serangan udara besar-besaran dan kemudian melakukan manuver darat cepat untuk pasukan darat,” katanya.
Amidror menambahkan kalau semakin lama perang berlangsung, semakin sulit untuk terus memberikan dukungan kepada kesiapan pasukan tempur dan kekuatan mereka.