Filosofi di Balik Motif Batik ASEAN yang Dibuat Perajin Batik Indonesia
Batik tersebut dibuat secara khusus oleh perajin batik Indonesia sebagai simbol persatuan yang solid antar negara ASEAN.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembatik senior Nur Cahyo dipilih untuk mengerjakan batik kolaborasi dari Indonesia untuk ASEAN.
Batik tersebut dibuat secara khusus oleh perajin batik Indonesia sebagai simbol persatuan yang solid antar negara ASEAN.
Adapun batik kolaborasi tersebut terdiri dari Batik Lumbon Sewelas Nagari, Batik Udan Liris Sewelas Nagari serta Batik Sekar Jagad Sewelas Nagari.
Dibuat menggunakan motif batik klasik dan dipadukan dengan kekayaan flora yang ada di negara anggota ASEAN.
Bunga Melati dari Indonesia dan Filipina, bunga Hibiscus (kembang sepatu) dari Malaysia dan Timor Leste, bunga Lotus dari Vietnam, bunga Anggrek dari Singapura, bunga Ratchaphruek dari Thailand, bunga Padauk dari Myanmar, bunga Romduol dari Kamboja, bunga Simpor dari Brunei.
"Masing-masing ini memiliki bentuk, warna dan keunikan yang berbeda satu sama lain, namun menyatu dalam harmonisasi yang indah," kata Ketua Umum Warisan Budaya Indonesia, Yanti Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa (27/8/2024).
Ketiga batik kolaborasi tersebut akan dihadirkan dalam acara “A Tribute from Indonesia to ASEAN”, yang diselenggarakan Warisan Budaya Indonesia
Foundation di The Dharmawangsa pada hari ini.
Acara tersebut digelar Kemenko Perekonomian RI bersama WBI Foundation dalam mempersembahkan, "Batik Kolaborasi dari Indonesia untuk ASEAN".
Yanti mengungkapkan motif batik yang dipilih untuk dijadikan Batik Asean sendiri memiliki makna filosofi yang indah.
Sekar Jagad Sewelas Nagari melambangkan keindahan keberagaman suku bangsa yang ada, khususnya di negara negara ASEAN yang tetap memiliki kedekatan satu sama lain, karena adanya kemiripan dalam seni dan budayanya.
Udan Liris Sewelas Nagari, melambangkan doa dan harapan bersama di negara-negara ASEAN untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Dan motif Lumbon Sewelas Nagari, yang memiliki makna hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam semesta, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai sosial di masyarakat.
Sementara itu, Ketua Bidang Pelestarian WBI Suyin Pramono mengungkapkan pembatik senior Nur Caho merupakan penerus usaha batik turun temurun yang sudah dikenal di Pekalongan.
Selain dikenal karena kehalusan motif-motif batiknya, Nur Cahyo juga memiliki kejelian memadukan warna dan motif batiknya sehingga terlihat sangat indah.
"Dalam proses pewarnaannya Nur Cahyo terkadang juga menyeduh sendiri cacahan kayu dari pohon secang, mahoni, tingi, tegeran, jalawe, hingga jambal," kata Suyin.
"Yang pada akhirnya menghasilkan warna-warna unik pada helai kain batiknya," sambungnya.
Pembatik lainnya yang juga dilibatkan dalam pembuatan batik kolaborasi ini adalah Azmi Alqamad Aqsa, seorang pembatik dari kalangan generasi muda, yang memiliki keinginan untuk mengajak generasinya masuk ke dalam industri batik.
Selain batik kolaborasi ASEAN, kata Suyin, acara WBI ini juga memberi ruang kepada disainer-disainer Indonesia yang banyak menggunakan kain wastra untuk mempromosikan karya-karyanya.
Disainer-disainer yang akan menggelar produknya adalah Didi Budiardjo, Carmanita, Mel Ahyar, Didiet Maulana, Nita Seno Adji, Wilsen Willim, Akhsan, Putro,h Wastra Chandra, Sarita, dan Parang Kencana. Selain itu ada produk kerajinan lain yang menarik seperti aksesori tas dari Yukako dan Mariko, dan perhiasan dari EPA dan Ruang Jiwa.
"Kesempatan ini sekaligus memberi peluang pada UMKM wastra Indonesia, karena lewat karya-karya para disaner, pengrajin bisa menyalurkan produk mereka dan mengembangkan berbagai teknik wastra agar selalu dapat mengikuti selera pasar. Apalagi jika bisa merambah pasar internasional," imbuhnya.