Minta Fatah Berhenti Jadi Antek Israel, Hamas: Pertempuran Besar akan Terjadi di Masjid Al Aqsa
Hamas juga mengeluarkan seruan kepada gerakan Fatah dan dinas keamanan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Baratuntuk mengambil tindakan atas agresi IDF
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Minta Fatah Berhenti Jadi Antek Israel, Hamas: Pertempuran Besar akan Terjadi di Masjid Al-Aqsa
TRIBUNNEWS.COM - Pimpinan gerakan Hamas di Tepi Barat mengatakan kalau rakyat Palestina telah membuktikan bahwa mereka tidak peduli pada ancaman pendudukan Israel.
Pernyataan Hamas ini terkait agresi besar-besaran Tentara Israel (IDF) di Tepi Barat dan sejumlah tindakan provokatif entitas Zionis di Masjidil Al-Aqsa dalam beberapa waktu terakhir.
Baca juga: Tantang Negara Arab, Israel Pertama Kalinya Bakal Biayai Serbuan Pemukim Yahudi ke Masjid Al Aqsa
Jabareen menambahkan, dalam pernyataan yang dilaporkan oleh Al Jazeera, bahwa “rakyat Palestina tidak dapat mengibarkan bendera putih meskipun ada semua kejahatan Zionis.”
Ia menegaskan, citra persatuan adalah apa yang harus diwujudkan dalam tahap yang sedang dilalui rakyat Palestina.
"Jabareen menekankan bahwa kalau Palestina mempunyai hak untuk melawan penjajah dengan segala cara dan alat," kata laporan Khaberni, dikutip Rabu (28/8/2024).
Ia menyatakan bahwa yang terjadi saat ini adalah perang agama yang sangat parah akibat tindakan para pejabat Israel yang ekstremis.
Dia menekankan bahwa pertempuran besar akan terjadi di Masjid Al-Aqsa dan Yerusalem.
Baca juga: PBB, Saudi, Yordania, Qatar Kecam Ben Gvir yang Mau Bangun Tempat Ibadah Yahudi di Masjid Al Aqsa
Minta Fatah Melawan, Berhenti Jadi Antek Israel
Hamas juga mengeluarkan seruan kepada gerakan Fatah dan dinas keamanan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat yang diduduki untuk mengambil tindakan guna melindungi rakyat Palestina dari agresi militer Israel.
Selama ini, Hamas menilai PA justru mendukung tujuan Israel di Tepi Barat.
Baca juga: Hamas Tuduh Otoritas Palestina dan Fatah Bekerja Sama dengan Israel, Perang Saudara di Tepi Barat?
Jabareen melanjutkan: “Biarkan Menteri ekstremis Ben Ghafir tahu bahwa nasibnya akan sama dengan nasib semua ekstremis yang menyerang kesucian kita.”
Terkait perundingan penghentian agresi terhadap Gaza, Jabareen mengatakan, permasalahan sebenarnya ada pada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang ingin memperpanjang perang demi kepentingan pribadinya.
Jabareen menganggap Netanyahu bertanggung jawab penuh karena tidak mencapai kesepakatan mengenai agresi yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza.
Dia juga menekankan bahwa rakyat Palestina di Tepi Barat bersikeras melakukan perlawanan meskipun menghadapi banyak kesulitan, dan mereka hanya punya satu pilihan, yaitu melawan penjahat penjajah Zionis.