Israel Masukkan Hal Spesifik Soal Iran dalam Kurikulum Baru, Perwira Intelijen IDF Jadi Pengajar
Israel memasukkan program studi Iran dalam kurikulum pendidikan guna mempelajari secara spesifik soal negara Persia yang jadi ancaman utama mereka.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Tetapi, rakyat Israel memilih untuk tidak menggubris dan menjalankan hidup seperti biasanya.
"Ini seperti sedang menonton sebuah mobil mengalami kecelakaan," ujar dia.
"Kita (Israel) telah mendekati persimpangan berbentuk T selama dua bulan belakangan. Berbelok ke kanan akan membawa kita ke kesepakatan pertukaran sandera dan akhir perang di Gaza, serta kemungkinan kesepakatan di Utara (dengan Lebanon) dan seluruh wilayah."
"Tapi, berbelok ke kiri mengarah pada pengabaian sandera Israel dan perang regional berskala besar," urai Ben David.
Puluhan Tentara IDF Ogah Balik ke Gaza
Sebelumnya, Lembaga penyiaran publik Israel, KAN, melaporkan sebanyak 20 tentara Israel dari sebuah brigade infanteri menolak kembali bertempur di Gaza.
Dalam laporannya, Rabu (28/8/2024), KAN mengungkapkan puluhan tentara itu akan menghadapi pengadilan militer jika tak mematuhi perintah atasan.
Sepuluh di antaranya telah menerima pemberitahuan mengenai ancaman pengadilan militer, Selasa (27/8/2024).
Beberapa tentara Israel telah mengindikasikan, setelah 10 bulan bertempur di Gaza, mereka menegaskan tidak bisa kembali lagi, tapi bersedia untuk mengambil tugas lain.
Baca juga: Eks Jenderal Israel: Kami Tak Siap Hadapi Rudal Iran dan Proksinya, Seluruh Negara Akan Hancur
Laporan serupa tentang krisis pasukan muncul dari batalion tambahan di brigadi lain yang juga bertempur di sektor infanteri, dilansir Anadolu Ajansi.
Keluarga dari puluhan tentara Israel yang menolak kembali ke Gaza, mengungkapkan anak-anak mereka dipaksa dan mendapat ancaman akan dipenjara jika tak bersedia.
Menurut pihak keluarga, ancaman itu "tidak dapat diterima."
Pihak keluarga menambahkan, "Hanya beberapa tentara yang cakap yang tersisa di unit mereka (anak-anak)."
Karena itu, momen tersebut dianggap keluarga tentara Israel untuk membantu anak-anak mereka menghadapi sistem yang "tampaknya tidak peduli dengan keadaan mereka."
Menanggapi hal tersebut, seorang juru bicara tentara Israel mengatakan para pemimpin militer sudah "bekerja keras untuk mendukung dan membantu tentara dalam memenuhi berbagai tugas operasional mereka."