Perwira Israel: Iran Luncurkan Rudal Berkecepatan 500 Km/Jam, IDF Megap-megap Tanpa Bantuan AS
Seorang perwira senior Israel di Angkatan Udara menggarisbawahi pendudukan Israel tidak akan bisa melanjutkan perang di Gaza tanpa dukungan Amerika
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Perwira Israel: Iran Luncurkan Rudal Jelajah Berkecepatan 500 km/jam, IDF Megap-megap Tanpa Bantuan AS di Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Seorang perwira senior Angkatan Udara Israel mengungkapkan sejumlah hal terkait situasi keamanan Israel termasuk saat Iran melakukan serangan balasan pada 13 April silam.
Perwira tersebut memulai pernyataanya dengan mengungkapkan rencana negaranya untuk meningkatkan produksi bom, rudal, dan amunisi lainnya di wilayah pendudukan Israel.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan angkatan udara Israel pada pemasok asing, khususnya Amerika Serikat (AS).
Berbicara kepada surat kabar Israel, Haaretz, perwira tersebut menekankan kalau tanpa dukungan Amerika, militer Israel, khususnya angkatan udara, akan menghadapi kesulitan yang signifikan dalam mempertahankan agresinya selama lebih dari beberapa bulan di Jalur Gaza.
Baca juga: Jenderal Top Pentagon Ungkap Kebodohan Berulang Strategi Militer Israel di Gaza: Hamas Itu Ideologi
Rekomendasi agar Israel memproduksi sendiri amunisi dan persenjataan tersebut muncul di tengah meningkatnya keinginan pendudukan Israel untuk meminimalkan ketergantungannya pada pemasok eksternal, menurut laporan surat kabar tersebut.
Pergeseran ini didorong oleh kekhawatiran atas keterlambatan pengiriman senjata dari pemerintahan Biden.
Penundaan ini khususnya memengaruhi Angkatan Udara, karena sebagian besar peralatannya dibeli dari perusahaan-perusahaan Amerika dan didanai melalui bantuan militer AS.
Setelah penundaan ini, pemerintahan Biden, dengan persetujuan Kongres, mengirimkan pasokan militer darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya senilai 14 miliar dolar AS, sebagai tambahan bantuan militer tahunan AS sebesar 3,8 miliar dolar AS.
Washington juga memberikan tambahan 500 juta dolar ASuntuk sistem pertahanan udara Israel.
Baca juga: Penerbangan ke-500 Tiba, Israel Terima 50 Ribu Ton Senjata dari AS
Haaretz menarik persamaan antara situasi saat ini dan pengalaman militer Israel saat perang 1967, ketika Presiden Prancis Charles de Gaulle memberlakukan embargo senjata terhadap Israel.
Saat itu, Prancis menghentikan pasokan tank, kapal rudal, dan pesawat Mirage.
Waktu itu, Israel kemudian mengalihkan ketergantungannya kepada AS.
Sejak itu AS menjadi pemasok utama bagi Angkatan Udara Israel dengan semua jet tempurnya, serta beberapa bom, rudal, dan peralatan intelijen.