Perwira Israel: Iran Luncurkan Rudal Berkecepatan 500 Km/Jam, IDF Megap-megap Tanpa Bantuan AS
Seorang perwira senior Israel di Angkatan Udara menggarisbawahi pendudukan Israel tidak akan bisa melanjutkan perang di Gaza tanpa dukungan Amerika
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Perwira, yang nama dan jabatannya anonim dalam laporan Haaretz, mengatakan kalau Angkatan Udara Israel sedang melakukan dua penyelidikan komprehensif terkait situasi keamanan yang terjadi di negara pendudukan.
Penyelidikan pertama berfokus pada peristiwa 7 Oktober, saat terjadinya Operasi Banjir al-Aqsa, sementara penyelidikan kedua memeriksa kondisi Angkatan Udara sejak 8 Oktober.
Perwira itu berharap temuan tersebut akan mengarah pada perubahan mendasar dalam doktrin tempur Angkatan Udara, termasuk keamanan perbatasan, struktur pasukan, kesiapan operasional, dan perlindungan aset dan pangkalan utama Angkatan Udara.
Perwira itu mengakui bahwa Perlawanan Hamas berhasil mencapai pangkalan militer di dekat Gaza selama Operasi Banjir al-Aqsa.
Selain itu, Hizbullah menimbulkan kerusakan pada pangkalan angkatan udara Israel di Gunung Meron dan sistem pengawasan udara Sky Dew di dekat Persimpangan Golani di garis depan utara.
Ia lebih lanjut menyatakan bahwa penyelidikan itu "keras, dan tidak ada keinginan untuk menyembunyikan atau menutupi" kegagalan 7 Oktober.
Penilaian objektif juga akan dilakukan terhadap serangan di Lebanon, Gaza, Suriah, dan serangan di pelabuhan Hodeidah di Yaman.
Perwira itu menambahkan bahwa ia tidak "ingin mencari-cari alasan" atas apa yang terjadi selama Operasi Banjir Al-Aqsa.
Perwira itu menekankan bahwa Angkatan Udara, yang berada di bawah Komando Selatan, tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas "kegagalan besar" yang dihadapi oleh Israel dan militernya secara keseluruhan.
Kejutan itu "substansial dan menyeluruh" dibandingkan dengan skenario acuan, dengan intelijen militer dan badan keamanan internal, Shin Bet, yang bertanggung jawab atas kegagalan memberikan peringatan yang memadai tentang kemungkinan operasi, meskipun terbatas pada beberapa lokasi.
Perwira itu mengungkapkan bahwa ada rencana yang mengantisipasi operasi yang melibatkan "puluhan petempur milisi di dua atau tiga lokasi," dengan skenario yang diberi nama sandi "Palestinian Knight."
Detail Kejadian pada 7 Oktober
Perwira itu mengungkapkan, pasukan milisi Perlawanan Palestina menargetkan dua helikopter Israel yang membawa unit penerjun payung pada 7 Oktober.
Helikopter itu terkena tembakan dari darat dan rudal anti-tank.
Unit itu berhasil dengan cepat mengevakuasi helikopter yang rusak parah, yang kemudian terbakar, dengan satu pilot menderita cedera kaki.