AS Mendakwa Bos Hamas Yahya Sinwar, Sedianya Baru Akan Diumumkan jika Haniyeh Tertangkap
AS mengumumkan sejumlah dakwaan terhadap Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar dan para pemimpin Hamas lainnya.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (AS) pada hari Selasa, (3/9/2024), mengumumkan sejumlah dakwaan terhadap Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar dan para pemimpin Hamas lainnya.
Yahya didakwa terlibat dalam kampanye panjang untuk membunuh warga AS.
“Kementerian Kehakiman mendakwa bahwa Yahya Sinwar para pemimpin senior Hamas lainnya membiayai, mengarahkan, dan mengawasi kampanye selama satu dekade untuk membunuhi warga Amerika dan membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat,” kata Jaksa Agung Merrick Garland, dikutip dari I24 News.
Pejabat Hamas yang turut disebut dalam berkas dakwaan ialah Ismail Haniyeh, Mohammad Deif, Marwan Issa, Khaled Mashaal, dan Ali Baraka. Adapun Haniyeh dan Issa sudah meninggal.
“Seperti yang dijelaskan dalam keluhan kami, para terdakwa, dilengkapi dengan senjata, bantuan politik, dan dana dari pemerintah Iran dan bantuan dari Hizbullah, telah memicu upaya Hamas untuk menghancurkan negara Israel dan pembunuhan warga sipil untuk mendukung tujuan itu.”
AS mengkaim Hamas telah “membunuh atau melukai ribuan warga sipil”, termasuk saat serangan 7 Oktober 2023.
Di samping itu, Garland menyinggung enam warga Israel yang tewas saat disandera di Gaza. Dia mengklaim keenamnya tewas karena dibunuh Hamas.
“Kami akan terus mendukung upaya pemerintah untuk membawa pulang warga Amerika yang masih disandera.”
“Dakwaan yang diungkap hari ini hanya satu bagian dari upaya kita menargetkan setiap aspek dari operasi Hamas. Tindakan ini bukanlah tindakan terakhir kami.”
AS sebenarnya sudah memberikan dakwaan terhadap para pemimpin Hamas di atas pada bulan Februari silam.
Namun, dokumen itu belum diungkap karena AS berharap Haniyeh bisa ditangkap.
Baca juga: Israel Mengaku Hancurkan Terowongan Besar Hamas di Gaza Utara, Ada Rel di Dalamnya
Kementerian Kehakiman AS kemudian memutuskan membuka dokumen itu setelah Haniyeh tewas dibunuh di Iran oleh Israel.
Dakwaan itu diungkap ketika AS sedang merancang usulan baru gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Mesir dan Qatar.
AS dan para juru penengah lain mengaku berusaha mengakhiri perang di Gaza yang sudah berlangsung hampir 11 bulan itu.