AS Pamer Kapal Perang, Perwira Pasukan Quds IRGC Iran: Masa Tunggu Pembalasan ke Israel Mungkin Lama
Indikasi penundaan serangan balasan Iran ke Israel ini muncul setelah Amerika Serikat memamerkan kekuatan militernya ke kawasan Timur Tengah.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Apa saja kekuatan perang yang dikerahkan AS ke kawasan Timur Tengah?
Selain dua kelompok penyerang kapal induk yang sekarang beroperasi di Timur Tengah, skuadron Angkatan Udara F-22 Raptor telah tiba di wilayah tersebut dan USS Georgia — kapal selam berpeluru kendali — mengintai di dekatnya.
"Secara sengaja mengungkapkan lokasi atau tujuan operasi kapal selam seperti USS Georgia bertenaga nuklir adalah langkah yang langka. Ini memang disengaja untuk unjuk kekuatan.
"Secara keseluruhan, "ada lebih dari 500 rudal Tomahawk yang siap menyerang Iran dan lebih dari 100 pesawat siap membela sekutu untuk merespons," kata Bryan Clark, direktur Pusat Konsep dan Teknologi Pertahanan Hudson Institute.
Fokus AS Berubah
Semua kekuatan senjata yang terkonsentrasi di Timur Tengah yang lebih luas ini menggagalkan prioritas lama Departemen Pertahanan AS yaitu Indo-Pasifik.
"Peningkatan kekuatan akan memengaruhi kemampuan Angkatan Laut untuk mempertahankan kehadiran yang kuat atau kapasitas respons di Pasifik, karena banyak dari kapal-kapal ini akan berakhir dalam periode pemeliharaan tahun depan," kata Clark kepada Axios.
Juru bicara Pentagon Mayjen Pat Ryder menepiskan kekhawatiran melemahnya kekuatan AS di Indo-Pasifik dengan mengatakan kalau Departemen Pertahanan AS "bisa berjalan dan mengunyah permen karet pada saat yang sama."
Hal yang menjadi sorotan utama adalah, manuver AS ini dilakukan setelah Hizbullah meluncurkan serangan rudal dan pesawat nirawak yang menargetkan Israel pada hari Minggu kemarin.
Serangan ini diklaim Israel telah sebagian besar diredam melalui serangan pendahuluan, namun Hizbullah membantahnya dan mengatakan serangan mereka mengenai sasaran secara telak namun tidak diakui entitas pendudukan.
Selain dari Hizbullah, pembalasan lebih lanjut atas pembunuhan dan serangan Israel baru-baru ini juga digadang-gadang dari Iran dan kelompok Houthi Yaman.
Milisi Perlawanan Irak juga menyatakan ikut serta dalam serangan terkoordinasi apa yang disebut sebagai "Poros Perlawanan".
Baca juga: Perlawanan Irak Tembaki Pembangkit Listrik Israel di Haifa, Hizbullah Lumpuhkan Radar IDF di Glilot
Warga Israel Merasa Keamanan Negara Buruk
Mayoritas warga Israel merasa tak ada peningkatan keamanan, di tengah ancaman serangan balasan Iran dan kelompok Hizbullah di Lebanon, buntut tewasnya Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan Komandan Hizbullah, Fuad Shukr.
Menurut survei yang dilakukan Institut Studi Keamanan Nasional (INSS) Universitas Tel Aviv, sebanyak 32 persen warga Israel menganggap terbunuhnya Haniyeh dan Shukr sama sekali tak membuat pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu meningkatkan keamanan negara.
Sementara, 14 persen lainnya mengatakan, pembunuhan terhadap dua pejuang tersebut, "sedikit memperburuk" keamanan Israel.