Giliran Oman Dukung Mesir, Kutuk Israel Soal Koridor Philadelphia, Normalisasi Negara Arab Buyar?
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri hari ini, Oman memperingatkan implikasi dari pernyataan provokatif Israel itu.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Gilirian Oman Dukung Mesir, Kutuk Israel Soal Koridor Philadelphia, Normalisasi dengan Negara Arab Buyar?
TRIBUNNEWS.COM - Kesultanan Oman pada Rabu (4/9/2024) menyatakan solidaritas dan dukungan penuhnya terhadap Republik Arab Mesir dalam menolak dan mengutuk pernyataan yang dibuat oleh pemerintah pendudukan Israel mengenai “Koridor Philadelphia” di Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri hari ini, Oman memperingatkan implikasi dari pernyataan provokatif tersebut.
Baca juga: Israel Bikin Marah Dua Negara Tetangga, Yordania Bela Mesir Soal Koridor Philadelphia
"Pernyataan ditujukan untuk merusak upaya mediasi yang dilakukan oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat untuk mencapai gencatan senjata permanen yang mengakhiri penderitaan rakyat Palestina, memungkinkan mereka untuk memperoleh semua hak mereka yang sah dan mendirikan negara merdeka mereka,” tulis pernyataan itu.
Sebelumnya, dukungan terhadap Mesit juga dilontarkan negara-negara Arab termasuk Yordania dan Kuwait.
Kementerian Luar Negeri Yordania, mengatakan tuduhan Netanyahu "tidak berdasar".
Menurut Yordania, Netanyahu melakukannya untuk menghalangi negosiasi gencatan senjata yang sedang berlangsung, di mana Mesir merupakan mediator utama.
Qatar, Arab Saudi, dan Dewan Kerjasama Teluk juga mengutuk pernyataan Netanyahu, yang bersikeras agar Israel terus berada di koridor di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Baca juga: Pakar Militer: Agresi Besar-besaran Israel di Tepi Barat Persis Buku A Place Under The Sun Netanyahu
Ancam Proyek Normalisasi Israel-Arab yang Digagas AS
Kecaman dari negara-negara Arab atas pendudukan Israel terhadap Koridor Philadelphia ini merupakan ancaman nyata dari proyek normalisasi Israel-Arab yang susah payah diupayakan sekutu terbesar negara pendudukan tersebut, Amerika Serikat (AS).
AS berulang kali menyatakan kalau proyek normalisasi ini sudah mendekati tahap akhir -khususnya dengan Arab Saudi- meski pada kenyataannya inisiasi itu mendapat resistensi besar, khususnya dari rakyat negara-negara Arab yang bersangkutan.
Pada Juli silam, rencana normalisasi Israel-Arab Saudi ini nyaris berantakan karena ulah pemukim ekstremis Yahudi Israel yang dilaporkan mulai mendirikan pos pemukiman baru di wilayah utara Lembah Jordan, Tepi Barat.
Aksi pendudukan dan perampasan tanah untuk dijadikan pemukiman baru warga Israel ini disinyalir akan membuat Arab Saudi makin kehilangan niat (hilang feeling/Ilfil)untuk meneruskan proses normaliasasi.
Arab Saudi mengisyaratkan, normalisasi akan terjadi jika solusi dua negara terwujud dengan pengakuan adanya negara Palestina.
Perampasan tanah ini, menurut Arab Saudi, adalah penghalang besar bagi terwujudnya solusi dua negara tersebut.