Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pelabuhan Haifa Kembali Diserang Milisi Perlawanan Irak, Jutaan Warga Israel Bisa Krisis Pangan

Mengapa pelabuhan Haifa terus jadi incaran serangan milisi perlawanan Irak dan Hizbullah? Pelabuhan Haifa menyumbang 75 persen impor pangan Israel

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Pelabuhan Haifa Kembali Diserang Milisi Perlawanan Irak, Jutaan Warga Israel Bisa Krisis Pangan
media militer milisi perlawanan Irak
Cuplikan layar dari rekaman oleh Milisi Perlawanan Irak yang mengidentifikasi Pelabuhan Haifa di Palestina yang diduduki sebelum menunjukkan peluncuran pesawat nirawak yang menargetkannya pada 24 Mei 2024. 

Pelabuhan Haifa Kembali Diserang Milisi Perlawanan Irak,  Jutaan Warga Israel Bisa Krisis Pangan

TRIBUNNEWS.COM - Milisi Perlawanan Irak dilaporkan kembali menyerang Pelabuhan Haifa menggunakan pesawat nirawak, Rabu (4/9/2024).

Serangan itu dinyatakan sebagai upaya berkelanjutan untuk mendukung rakyat Palestina dan membela Jalur Gaza.

Selain itu, operasi penyerangan tersebut, yang dilakukan sebagai tanggapan/pembalasan atas pembantaian pendudukan Israel baru-baru ini yang dilakukan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.

Baca juga: Israel Mau Gempur Lebanon, Koalisi Milisi Irak Ancam Kepentingan AS, Incar Pipa Minyak ke Yordania

Pernyataan dari Perlawanan Irak menyatakan, "Menanggapi pembantaian yang dilakukan oleh entitas perampas kekuasaan terhadap warga sipil Palestina, termasuk anak-anak, wanita, dan orang tua, para pejuang Perlawanan Islam di Irak, pagi ini, Rabu 4/9/2024, menargetkan Pelabuhan Haifa di wilayah pendudukan kami menggunakan pesawat tanpa awak."

Sebelumnya, pada tanggal 29 Agustus, Pembangkit Listrik Alon Tavor di wilayah Palestina utara yang diduduki menjadi sasaran Perlawanan Irak.

Milisi Perlawanan Irak menegaskan kembali, kalau mereka berkomitmen untuk membela rakyat Palestina dengan melanjutkan serangannya terhadap pendudukan Israel hingga genosida dan pembantaian berakhir.

Baca juga: Perlawanan Irak Tembaki Pembangkit Listrik Israel di Haifa, Hizbullah Lumpuhkan Radar IDF di Glilot

Pemandangan Pelabuhan Haifa, Utara Israel. Kota Israel ini dilaporkan mengalami serangan dari kelompok milisi perlawanan di kawasan seperti Houthi dan milisi perlawanan Irak.
Pemandangan Pelabuhan Haifa, Utara Israel. Kota Israel ini dilaporkan mengalami serangan dari kelompok milisi perlawanan di kawasan seperti Houthi dan milisi perlawanan Irak. (Shir Torem/Flash90)

Bisa Picu Krisis Pangan

BERITA TERKAIT

Sebagai informasi, serangan Milisi Perlawanan Irak ini menjadi satu di antara sekian banyak serangan yang dilancarkan kelompok milisi Perlawanan yang terhimpun dalam "Poros Perlawanan", termasuk milisi Hizbullah Lebanon ke Pelabuhan Haifa.

Mengapa pelabuhan itu terus jadi incaran?

Ternyata, jutaan warga Israel terancam krisis pangan jika Hizbullah, militan perlawanan terus membombardir Pelabuhan Haifa, pelabuhan laut internasional terbesar Israel.

Potensi ancaman itu merujuk pada serangan pembalasan Hizbullah atas pembunuhan Fuad Shukr, komandan senior gerakan tersebut yang tewas dalam serangan udara Israel di Beirut, akhir Juli silam.

“Pelabuhan Haifa di wilayah utara Palestina yang diduduki Israel akan menjadi target utama Hizbullah jika perang habis-habisan meletus antara kelompok Lebanon dan Israel,” ujar surat kabar bisnis Israel TheMarker .

Persediaan makanan yang diimpor Israel seperti biji-bijian dan pakan ternak ragu mulai menipis.

Jika Pelabuhan Haifa yang menyumbang 75 persen dari impor pangan Israel hancur dibombardir Hizbullah maka akses mobilitas perdagangan pangan di negara Zionis itu terancam terputus.

Jika hal tersebut terjadi, jutaan warga Israel hanya bisa bertahan dengan stok pangan yang terbatas dalam waktu singkat selama konfrontasi dengan Hizbullah berlangsung.

“Serangan Hizbullah menyoroti bahwa potensi penutupan pelabuhan akan terjadi, memperburuk masalah perdagangan yang sudah ada, yang sudah tegang akibat serangan terhadap pelabuhan Eilat oleh Angkatan Bersenjata Yaman,” imbuh laporan TheMarker mengutip dari Al Mayadeen.

Pemerintah Israel dilaporkan tengah berjuang mengatasi kerentanan rantai pasok dengan mengalihkan perdagangan ke Pelabuhan Ashdod di Selatan, pasca pelabuhan Haifa dan Eliat menjadi sasaran rudal Houthi dari Yaman dan Hizbullah dari Lebanon.

Namun karena arena infrastruktur dan fasilitas pelabuhan Ashdod yang tidak cukup memadai aktivitas ekspor dan impor pangan, biji-bijian, dan pakan ternak ragu tidak berjalan sesuai rencana.

Salah sumber kepercayaan Israel menyebutkan bahwa pembongkaran kapal seberat 7.000 ton di pelabuhan Ashdod akan memakan waktu dua minggu, lebih lama dibandingkan dengan pembongkaran kapal di Haifa yang hanya membutuhkan waktu satu setengah hari.

Footage kompleks Pelabuhan Haifa yang diambil dari drone Hoopoe Hizbullah di atas Haifa dan dirilis pada Selasa (18/6/2024).
Footage kompleks Pelabuhan Haifa yang diambil dari drone Hoopoe Hizbullah di atas Haifa dan dirilis pada Selasa (18/6/2024). (X/Telegram/Hizbullah)

“Israel hanya akan bertahan dalam waktu singkat selama konfrontasi dengan Hizbullah, situasi semakin pelik dapat menyebabkan kepanikan pembelian dan penimbunan oleh pemukim Israel, memperparah situasi di tengah penipisan stok,” kata TheMarker.

Hizbullah Bombardir Aset Penting Israel

Konflik Israel dan Hizbullah pecah pasca PM Netanyahu memerintahkan pasukan pertahanan Israel (IDF) untuk menginvasi Gaza.

Baca juga: Israel Cemas Haifa di Tangan Hizbullah, Kecemasan Meningkat atas Kegagalan Keamanan yang Berulang

Namun ketegangan semakin meningkat setelah Israel mengumumkan telah berhasil membunuh Fuad Shukr, tokoh kunci dalam transfer sistem panduan Iran untuk rudal jarak jauh Hizbullah.

Shukr tewas dalam serangan udara di sebuah gedung di Beirut selatan pada pekan lalu. Tak lama pengumuman itu dirilis, Pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan tewas bersama seorang pengawalnya di gedung tempat mereka menginap di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) dini hari.

Baca juga: Warga Tel Aviv, Haifa, Ashdod Ikut Panik Borong Genset Takut Israel Gelap di Perang Lawan Hizbullah

Imbas serangkaian pembunuhan tersebut, Hizbullah dari Lebanon, Hamas dari Palestina Kelompok Milisi Irak dan Houthi Yaman bergabung menggalang kekuatan baru untuk membalas serangan Israel, menargetkan sejumlah aset-aset penting milik Israel seperti pelabuhan Haifa.

Untuk menyukseskan operasi gabungan tersebut, Hizbullah tak segan mengeluarkan sejumlah senjata andalan mereka seperti drone angkatan laut, drone udara, hingga rudal balistik anti-kapal.

Apabila serangan terus terjadi dalam jangka waktu yang lama perekonomian Israel pada akhirnya akan jatuh ke jurang inflasi, mengingat saat ini angka defisit Israel telah menyentuh di level tertinggi tembus 7,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) setara dengan 146 miliar shekel atau 39,77 miliar dolar AS (Rp 639,756 triliun).

(oln/almydn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas