Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kebodohan Berulang, Untuk Ketujuh Kalinya Pasukan Israel Kembali ke Al-Zaytoun Gaza

Ini menjadi serangan ketujuh pasukan Israel ke Al-Zaytoun setelah berulang kali menyatakan kalau kemampuan militer milisi perlawanan sudah dibongkar

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Kebodohan Berulang, Untuk Ketujuh Kalinya Pasukan Israel Kembali ke Al-Zaytoun Gaza
Emanuel Fabian/Times of Israel
Pasukan Israel (IDF) melakukan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara, 14 Mei 2024. Operasi IDF di Jabalia mendapat perlawanan sengit Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas. 

Kebodohan Berulang, Untuk Ketujuh Kalinya Pasukan Israel Kembali ke Al-Zaytoun Gaza Utara

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel dilaporkan melakukan serangan besar-besaran di lingkungan Al-Zaytoun, Gaza Utara pada Kamis (5/9/2024), tepat di hari ke-335 perang brutal militer Israel (IDF) di wilayah kantung Palestina tersebut.

"Lingkungan tersebut dihujani dengan tembakan artileri "gila-gilaan" saat pasukan IDF bergerak melewati daerah tersebut," koresponden Al Mayadeen melaporkan.

Ini menjadi serangan ketujuh pasukan Israel ke Al-Zaytoun setelah berulang kali menyatakan kalau kemampuan militer milisi perlawanan Hamas sudah dibongkar di wilayah tersebut, hal yang mereka nyatakan dengan istilah 'dismantled'.

Baca juga: Qassam Hujani Markas Komando The Third Eye IDF, Heli Black Hawk Sibuk Evakuasi Tentara di Zaytoun

Pada serbuannya kali ini, Tentara Israel menargetkan area sekitar sekolah Martir Zaytoun, lokasi tiga warga Palestina tewas dan beberapa lainnya terluka.

"Mereka melepaskan tembakan ke universitas di barat daya Kota Gaza dan mengebom sebuah rumah di lingkungan Sheikh Radwan," tulis laporan TC.

Kendaraan tempur IDF juga melepaskan tembakan ke arah lingkungan Shejaiya.

Baca juga: Kronik Shejaiya, Lingkungan Gagah Berani Gaza yang Tidak Dapat Dihancurkan Israel

Kembali Disambut Perlawanan Sengit 

BERITA TERKAIT

Penyerbuan kembali IDF ke lingkungan ini, sama seperti sebelumnya, juga mendapat perlawanan sengit dari faksi milisi Palestina.

Brigade Quds dari gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) merilis rekaman pada Selasa, 3 September 2024 tentang operasi penembakan yang menargetkan tentara Israel di lingkungan Zaytoun.

Lingkungan Al-Zaytoun adalah salah satu daerah di mana pasukan Israel menghadapi perlawanan paling keras sejak melancarkan perang darat di Gaza pada akhir Oktober.

IDF sudah memasuki wilayah tersebut beberapa kali, mengklaim menuntaskan operasi, tetapi gagal membasmi perlawanan.

Setelah satu putaran pertempuran seperti itu pada akhir Februari, pasukan Israel mundur dari lingkungan tersebut di bawah tembakan gencar dari perlawanan dan setelah mengalami banyak kerugian.

Pasukan Israel juga dipaksa keluar dari Al-Zaytoun pada pertengahan Mei.

Tentara Israel mengklaim pada Januari bahwa Hamas telah dibubarkan di Gaza utara.

Baca juga: Israel Dipukul Mundur dari Al Zaytoun Gaza Utara oleh Pejuang Gaza, Pertempuran Sengit di Tiga Front

Pasukan Israel beroperasi di kawasan Timur Rafah, Gaza Selatan, 15 Mei 2024.
Pasukan Israel beroperasi di Jalur Gaza, 15 Mei 2024. (HandOut/Israel Defense Forces)

Namun, pada bulan-bulan berikutnya, pasukan Israel mengalami kerugian dalam pertempuran berturut-turut di beberapa daerah di utara, termasuk kamp Jabalia dan lingkungan Shujaiya dan Al-Zaytoun.

Operasi baru di Al-Zaytoun terjadi tiga hari setelah kantor berita berbahasa Ibrani Channel 13 melaporkan bahwa Hamas telah "membangun kembali kemampuannya" di Jalur Gaza utara dan telah "merekrut 3.000 militan baru" hampir 11 bulan setelah perang dimulai.

"Informasi terbaru menggambarkan gambaran yang mengkhawatirkan," katanya.

Akibatnya, pejabat keamanan Israel yakin "tidak akan ada jalan keluar dari masuknya pasukan IDF secara besar-besaran ke Gaza utara."

Bulan lalu, sebuah studi gabungan oleh Critical Threats Project (CTP) dan Institute for the Study of War (ISW) mengungkapkan bahwa, setelah 10 bulan perang, tentara Israel cuma bisa mengalahkan tiga dari 24 batalyon Brigade Qassam Hamas yang dilaporkan terbentuk.

Seorang tentara Israel (IDF) tampak berjongkok sambil memegangi kepalanya. Laporan menunjukkan, ribuan tentara IDF mengalami gangguan mental dan psikologis selama pecah perang Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Seorang tentara Israel (IDF) tampak berjongkok sambil memegangi kepalanya. Laporan menunjukkan, ribuan tentara IDF mengalami gangguan mental dan psikologis selama pecah perang Gaza sejak 7 Oktober 2023. (flash90)

Kebodohan Berulang

Strategi Pasukan Israel yang 'bolak-balik' menggempur sebuah wilayah di Gaza ini pernah mendapat kritik keras dari Jenderal tinggi Pentagon, Charles Brown, pada Selasa (21/5/2024) silam.

Dia secara khusus mengkritik strategi militer tentara Israel dalam upaya mereka memberantas gerakan Hamas di Gaza.

Jenderal tersebut menilai, Israel melakukan kebodohan berulang karena tidak menduduki wilayah yang telah mereka kuasai di Gaza.

Alih-alih menetap, tentara Israel memilih untuk mundur dan menarik pasukan dari wilayah tersebut setelah “membersihkan” wilayah tersebut dari pejuang Perlawanan Palestina, kata sang jenderal menurut laporan Politico.

Baca juga: Israel Salah Langkah di Jabalia, Al Qassam Robohkan 30 IDF Sekali Tepuk, Jenderal Ambruk di Zaytoun

“Anda tidak hanya harus benar-benar masuk dan menyingkirkan musuh apa pun yang Anda hadapi, Anda juga harus masuk, mempertahankan wilayah tersebut, dan kemudian Anda harus menstabilkannya,” kata Jenderal Charles Brown, komandan kepala staf gabungan pasukan AS , berdasarkan pengalaman sebelumnya di Timur Tengah.

Patut dicatat, pasukan Israel berulang kali dipaksa mundur dari wilayah yang mereka klaim telah mereka kuasai karena serangan dari milisi Perlawanan Palestina.

Baca juga: 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah

Barisan tank Merkava Israel tampak hangus hasil pertempuran sengit di Jalur Gaza melawan milisi pembebasan Palestina, Hamas Cs. Di Jabalia, Gaza Utara, Israel juga dilaporkan mengalami kerugian personel dan peralatan tempur yang signifikan dalam sepekan terakhir, termasuk Kamis (16/5/2024).
Barisan tank Merkava Israel tampak hangus hasil pertempuran sengit di Jalur Gaza melawan milisi pembebasan Palestina, Hamas Cs. Di Jabalia, Gaza Utara, Israel juga dilaporkan mengalami kerugian personel dan peralatan tempur yang signifikan dalam sepekan terakhir, termasuk Kamis (16/5/2024). (khaberni/HO)

Brown mengatakan, taktik perang Israel yang meninggalkan suatu daerah setelah “mengusir pejuang Hamas” pada kenyataannya memberikan peluang kepada milisi Perlawanan untuk menggalang ulang kekuatan.

Hal ini jelas mempersulit IDF untuk menstabilkan situasi di lapangan wilayah yang mereka klaim sudah bisa 'dibersihkan'.

Dia juga mengklaim kalau langkah IDF menarik mundur pasukan dan keluar dari wilayah yang sudah dikuasai tersebut "merusak upaya kemanusiaan" di Gaza.

Setelah pasukan pendudukan Israel membersihkan lokasi para petempur milisi perlawanan, mereka tidak bertahan (menetap), sehingga memungkinkan musuh untuk menetap kembali di daerah tersebut jika Anda tidak berada di sana,” kata komandan tertinggi militer AS tersebut.

"Harus kembali ke tempat yang sama berkali-kali "membuatnya menjadi tantangan [bagi Israel] dalam mencapai tujuan mereka untuk menghancurkan dan mengalahkan Hamas secara militer," tambah Brown.

Barisan petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, dalam sebuah parade militer. Al-Qassam bersama faksi lain gerakan perlawanan melancarkan operasi gabungan yang menyerang Tentara Israel di Rafah dan Jabalia.
Barisan petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan pembebasan Palestina, Hamas, dalam sebuah parade militer. Al-Qassam bersama faksi lain gerakan perlawanan melancarkan operasi gabungan yang menyerang Tentara Israel di Rafah dan Jabalia. (khaberni)

Hamas Bukan Sekadar Organisasi

Ia juga membahas tantangan pendudukan Israel dalam memerangi kelompok Perlawanan Palestina.

“Hamas bukan sekadar organisasi, tapi sebuah ideologi,” katanya.

Secara gamblang, Brown menjelaskan kalau Hamas adalah partai penguasa utama di Gaza sejak tahun 2005.

“Jadi, Anda harus memikirkan keseluruhan upaya untuk memberikan keamanan tidak hanya bagi Israel, tetapi juga bagi seluruh wilayah di dunia," katanya.

Perang di Gaza sudah mendekati bulan ke-8, namun tidak ada satu pun tujuan militer yang ditetapkan Israel telah tercapai.

Sementara itu, ketegangan internal di Israel, pada tingkat pemerintahan, kabinet perang, dan masyarakat, semakin meningkat karena kurangnya visi dan strategi baik selama perang maupun mengenai “The Day After”.

(oln/almydn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas