Soal Target Perang Israel, Direktur Intelijen Inggris MI6: Hamas Itu Gagasan yang Tak Bisa Dibunuh
Hamas adalah sebuah gerakan dan sebuah ide (gagasan) yang tidak bisa dibunuh lewat kekuatan militer seperti yang dilakukan Israel saat ini.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Menurut Safadi, Yordania berkoordinasi dengan sekutunya untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk melawan agresi Israel dan mencegah segala upaya untuk menggusur warga Palestina, baik di dalam tanah mereka yang diduduki maupun di luarnya, dengan menggunakan semua cara yang tersedia.
Front Tempur Baru di Perbatasan Israel-Yordania
Israel dilaporkan mulai mengkhawatirkan situasi di area dekat perbatasan Israel-Yordania.
Bahkan, militer Israel mempertimbangkan pembentukan divisi baru untuk melindungi area perbatasan di timur.
Pertimbangan itu muncul setelah salah satu tentara Israel tewas ditembak di dekat pemukiman Mehola di Lembah Yordan yang berada di sepanjang Tepi Barat.
IRNA melaporkan Brigade Al-Qassam Hamas sudah mengklaim berada di balik penembakan itu.
Menurut Al-Qassam, para pejuangnya yang berada di Tepi Barat telah menembak tentara itu dalam jarak dekat dan bisa dengan aman kembali ke markas.
Disebutkan bahwa penembakan itu adalah operasi balasan atas serangan Israel di Sekolah Al Tabin di Kota Gaza pada hari Sabtu pekan lalu. Serangan itu menewaskan lebih dari 100 warga Palestina.
Kantor berita Shehab menyebut serangan itu dilakukan pada hari Minggu siang. Targetnya ialah sebuah mobil di dekat pemukiman Mehola.
Al-Qassam menegaskan para pejuangnya di Tepi Barat akan terus mengejar musuh di mana pun hingga mereka bisa mengusir musuh dari tanah Palestina.
Serangan di Lembah Yordan itu memunculkan kekhawatiran bagi aparat keamanan Israel karena ancaman itu tidak datang dari luar.
Ancaman itu muncul di Tepi Barat karena front baru sudah terbentuk untuk melawan rezim Israel.
Situasi di Tepi Barat hingga saat ini tetap tegang sejak perang di Jalur Gaza meletus pada bulan Oktober 2023.
Baca juga: Israel Mau Bentuk Divisi Baru Tentara di Perbatasan Yordania, IDF Dilarang Bepergian ke Dua Negara
Israel hampir tiap hari menyerbu Tepi Barat untuk menindak tegas para pemuda Palestina yang gusar karena Israel menyerang Gaza.
Iran dituding berupaya buka front baru di Lembah Yordan
The Jewish Press, media Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengklaim Iran berusaha membuka front baru di perbatasan Israel-Yordania.
Pada hari Senin pekan ini Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz berujar kini muncul situasi berbahaya.
Situasi itu dipicu oleh Iran yang berupaya membuka front baru di perbatasan timur Israel.
Katz menuding Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) bekerja sama dengan agen Hamas di Lebanon untuk menyelundupkan senjata dan dana ke Yordan.
Kata dia, senjata kemudian diselundupkan dari Yordania ke seberang perbatasan.
Katz mengklaim Poros Perlawanan Iran kini menguasai kamp pengungsian di Yudea dan Samaria melalui proksi-proksinya.
“Pembangunan tembok pembatas di sepanjang perbatasan dengan Yordani harus dipercepat untuk mencegah penyelundupan senjata dari Yordania ke Israel, yang mengancam rezim Yordania maupun Israel,” ujar Katz.
Sementara itu, Memri mengabarkan bahwa pada minggu lalu Yordania dan Iran saling mengirimkan pesan resmi.
Perdana Menteri Yordania Ayman Al-Safadi berkunjung ke Teheran tanggal 4 Agustus dan bertemu dengan Pj. Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani.
Baca juga: Raja Abdullah ke Delegasi AS: Yordania Tak Akan Jadi Medan Perang Israel Vs Iran-Poros Perlawanan
Safadi menyebut Raja Yordania Abdullah telah meminta dia untuk menerima undangan kunjungan ke Teheran.
Undangan itu untuk mengakhiri “ketidaksepakatan” di antara kedua negara itu “dengan cara yang akan melayani kepentingan mereka” berdasarkan sikap saling hormat dan tidak campur tangan atas urusan masing-masing.
Media pemerintah Yordania melaporkan Safadi sudah berkata kepada Iran bahwa Yordania akan menangkis senjata apa pun yang melewati langitnya.
Saat Iran melancarkan serangan udara ke Israel pada bulan April, Yordania menangkis pesawat nirawak Iran.
Adapun ketika diwawancarai Al Arabiya tanggal 10 Agustus lalu, Safadi menyebut Yordania tak akan menjadi “arena untuk Iran dan Israel”.
(oln/khbrn/rntv/*)