6 Fakta Tewasnya 6 Staf UNRWA di Gaza: Kronologi dan Keterangan Saksi hingga Reaksi PBB
Israel menyerang sebuah sekolah yang menjadi tempat penampungan. 6 staf PBB tewas. Berikut 6 hal yang perlu diketahui.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Enam pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) dan beberapa orang lainnya tewas dalam serangan udara Israel di kompleks sekolah yang menampung ratusan warga Palestina.
Mengutip ABC News, berikut fakta-fakta insiden tersebut.
1. Kronologi
Pada Rabu (11/9/2024) sore waktu setempat, dua serangan Israel menghantam sebuah sekolah di kamp Nuseirat di Gaza tengah, kata Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat atau UNRWA.
Serangan itu menghantam Sekolah Al-Jaouni yang dikelola UNRWA.
Sejak pecahnya perang, Sekolah Al-Jaouni digunakan sebagai tempat penampungan warga Palestina.
"Sekolah ini menampung sekitar 12.000 orang yang mengungsi, sebagian besar wanita dan anak-anak," kata lembaga tersebut.
Ini adalah kali kelima sekolah tersebut diserang dan mengakibatkan jumlah korban tewas terbesar bagi staf UNRWA dari satu insiden dalam sejarah lembaga tersebut.
PBB sebelumnya mengatakan bahwa lokasi tersebut sebelumnya tidak lagi menjadi lokasi konflik dengan pasukan Israel.
Pengungsi Gaza, Hani Haniyeh menggambarkan kekacauan yang terjadi.
"Bagian tubuh. Suara ledakan mengguncang gedung. Kami berlari keluar dan melihat bagian tubuh berserakan di mana-mana di tempat penampungan," katanya.
"Sayangnya, anak-anak saya hilang. Empat anak saya. Saya tidak tahu di mana mereka. Saya tidak tahu di mana putri-putri saya."
Baca juga: Serangan Israel Tewaskan 6 Staf UNRWA, Sekjen PBB: Apa yang Terjadi di Gaza Tak Dapat Diterima
"Bahkan istri saya tidur di sudut ini. Di mana istri saya? Saya tidak tahu. Saya tidak tahu di mana istri saya."
2. Korban Tewas
Sejauh ini, jumlah korban tewas dilaporkan mencapai 18 orang.
"Di antara mereka yang tewas adalah manajer tempat penampungan UNRWA dan anggota tim lainnya yang memberikan bantuan kepada para pengungsi," kata badan tersebut.