Perempuan Irak yang Jadi Komandan IRGC Iran Dibunuh di Deir Ez-Zor Suriah
Al-Sudani dikenal karena kesetiaannya yang kuat kepada Iran dan Korps Garda Revolusi Iran, dan dia melayani kepentingan Iran di kota tersebut
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Serangan udara Israel yang meningkat terhadap Suriah diperkirakan akan terus berlanjut karena perang di Gaza – pendorong utama meningkatnya konflik di seluruh wilayah saat ini – belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir meskipun lebih dari 40.000 warga Palestina telah tewas dan mendapat kecaman internasional.
Pertahanan udara yang dikerahkan oleh militer Suriah berhasil menangkal dan mencegat beberapa serangan terhadap negara tersebut, tetapi gagal menghentikannya sepenuhnya.
Rusia mengutuk keras serangan udara Israel tetapi tidak melakukan tindakan apa pun terhadap serangan tersebut.
Aron Lund, seorang peneliti di lembaga pemikir Century International yang berbasis di AS, mengatakan serangan Israel yang lebih berani pada tingkat tertentu merupakan respons terhadap kemungkinan meningkatnya pengiriman senjata Iran ke Hizbullah melalui Suriah.
"Namun secara umum saya pikir hal ini mencerminkan Israel yang melepaskan diri dan mengerahkan lebih banyak upaya untuk melemahkan logistik Hizbullah dan Iran," katanya kepada Al Jazeera.
“Serangan terhadap konsulat Iran adalah bagian dari pola penargetan Israel yang lebih agresif.”
Perang Besar di Depan Mata, Kapan?
Pembalasan Teheran diyakini akan terjadi atas kematian Haniyeh, serangan terus-terusan Israel ke Suriah menjadi faktor percepatan pembalasan itu.
"Pun, Teheran berada di bawah tekanan untuk menanggapi (membalas) serangan terbaru Israel, tetapi ia berupaya menyeimbangkannya dengan keinginannya untuk menahan diri dari memperluas perang di Gaza di seluruh wilayah," tulis ulasan Al Jazeera.
Lund mengatakan respon Iran bisa berupa serangan terhadap kapal yang berafiliasi dengan Israel atau serangan di wilayah Kurdi Irak, hingga serangan terhadap misi diplomatik Israel di luar negeri atau serangan lebih lanjut oleh poros perlawanan di wilayah Israel – belum lagi serangan langsung terhadap Israel.
"Namun ada batasan terhadap seberapa besar kerusakan yang dapat dilakukan Iran terhadap Israel tanpa menggunakan alat yang dapat mengganggu keseimbangan konflik, mengundang eskalasi balasan Israel, dan berisiko terjerumus ke dalam konflik yang lebih luas," katanya.
Misalnya, serangan langsung terhadap Israel oleh Iran kemungkinan akan memicu serangan Israel di tanah Iran, sementara eskalasi melalui Hizbullah dapat memperparah risiko perang regional, kata Lund.
“Iran mungkin juga mulai memberi tekanan lebih besar pada pasukan AS di kawasan itu, seperti yang telah mereka lakukan di masa lalu. Itu akan menjadi cara untuk melakukan sesuatu yang nyata dan memberi insentif bagi upaya AS untuk menahan Israel. Namun, ada batasan sejauh mana mereka ingin melawan Amerika,” katanya, merujuk pada serangan terhadap kepentingan AS yang mereda setelah eskalasi besar pada Februari sialm .
Namun, Julien Barnes-Dacey, direktur program Timur Tengah dan Afrika Utara di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, mengatakan eskalasi Israel akan mempersulit Teheran untuk menahan diri dari pembalasan yang lebih serius.
Terlebih, Israel dianggap Iran sebagai dalang serangan langsung di Teheran yang menewaskan Ismail Haniyeh.
Kedaulatan negara dan keamanan nasional jadi alasan kuat bagi Iran untuk melancarkan pembalasan yang digaungkan bakal 'dahsyat, tepat, dan terukur'.
"Selama beberapa bulan terakhir, kami telah melihat keinginan Iran untuk menjaga situasi tetap terkendali dan mencegah kekacauan dan konflik yang lebih luas, tetapi Teheran mungkin sekarang merasa perlu untuk menanggapi dengan lebih tegas guna mempertahankan kredibilitas postur pencegahannya," katanya kepada Al Jazeera.
“Iran tidak mungkin mempercayai pernyataan publik Barat yang mengutuk serangan tersebut mengingat dukungan kuat yang terus diberikan kepada Israel, termasuk melalui penyediaan persenjataan yang terus dilakukan Israel di Gaza dan wilayah tersebut.”
(oln/MNA/aja/SANA/*)