Pezeshkian: Iran Siap Bernegosiasi soal Program Nuklir, Namun Tak Akan Tunduk pada Intimidasi Barat
Presiden Iran menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi dengan Barat soal program nuklir, tetapi AS harus memiliki itikad yang baik terlebih dahulu.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Nuryanti
Ia mengatakan Iran akan menempuh segala cara yang memungkinkan untuk menyingkirkan rintangan.
Pada langkah pertama, Iran akan menciptakan pandangan dan bahasa yang sama dengan negara-negara tetangganya untuk membangun kawasan yang penuh kedamaian dan ketenangan.
"Kekuatan asinglah yang menghalangi terciptanya perdamaian di kawasan tersebut dengan menciptakan konflik ekonomi, budaya, dan etnis," kata Pezeshkian.
Ia menggarisbawahi perlunya Iran untuk tetap kuat.
“Kita membutuhkan kekuatan pertahanan untuk menjaga keamanan rakyat dan negara kita.”
Iran Luncurkan Satelit ke Luar Angkasa Menggunakan Roket Qaem-100, Barat Khawatir soal Teknologinya
Baru-baru ini, Iran meluncurkan sebuah satelit penelitian Charman-1 dengan menggunakan roket Qaem-100.
Namun peluncuran itu dicap berbahaya oleh Barat karena teknologi roket tersebut dipercaya mampu membawa rudal balistik antarbenua (ICBM), yang bisa membawa senjata nuklir.
Mengutip DW, Amerika Serikat sebelumnya mengatakan peluncuran satelit Iran bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kepala Badan Tenaga Atom Internasional, Rafael Grossi, berulang kali menyebut bahwa Iran sekarang memiliki cukup "uranium yang diperkaya" untuk beberapa senjata nuklir.
Namun Iran selalu membantah bahwa mereka ingin membangun senjata nuklir.
Baca juga: Singgung Gaza, Presiden Iran: Jika Kita Tak Miliki Rudal, Israel Akan Mengebom Kapan pun Mereka Mau
Mereka mengatakan program luar angkasanya, seperti aktivitas nuklirnya, murni untuk tujuan sipil.
Tentang JCPOA, Kesepakatan Nuklir Iran
Mengutip cfr.org, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau yang lebih dikenal dengan "kesepkatan nuklir Iran", adalah sebuah perjanjian mengenai program nuklir Iran yang disepakati di kota Wina, Austria pada 14 Juli 2015.
Perjanjian itu ditandatangani oleh Iran, P5+1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, China, ditambah Jerman), serta Uni Eropa.
Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk membatasi program nuklir Iran guna mencegahnya mengembangkan senjata nuklir.