Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Hadapan Rektor Rusia, Megawati: Penggunaan AI Jangan Abaikan Kebenaran dan Etika Kemanusiaan

Pemerintah negara-negara di dunia perlu memastikan bahwa penggunaan kecerdasan buatan tidak boleh mengabaikan kebenaran dan etika kemanusiaan.

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Febri Prasetyo
zoom-in Di Hadapan Rektor Rusia, Megawati: Penggunaan AI Jangan Abaikan Kebenaran dan Etika Kemanusiaan
Fransiskus Adhiyuda
Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri, saat menyampaikan pidato berjudul “Artificial Intelligence, Kemanusiaan dan Konflik Peradaban” di hadapan forum rektor universitas se-Rusia, di Kampus St.Petersburg University (SPBU), Rusia, Rabu (18/9/2024) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, RUSIA - Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri, menyatakan pentingnya pemerintahan negara-negara di dunia memastikan penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang tidak boleh mengabaikan kebenaran dan etika kemanusiaan.

Menurut Megawati, dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat pertarungan geopolitik, perang dagang, perebutan sumber daya strategis, dan persaingan teknologi. 

Hal itu disampaikan Megawati dalam pidato berjudul "Artificial Intelligence, Kemanusiaan dan Konflik Peradaban" di hadapan forum rektor Universitas se-Rusia, di Kampus St. Petersburg University (SPBU), Rusia, Rabu (18/9/2024). Para rektor hadir di acara Forum Kemitraan yang digelar SPBU dalam memperingati 300 tahun usia salah satu kampus terbaik di Rusia itu.

“Dalam perang hegemoni tersebut, banyak yang mengkhawatirkan penggunaan artificial intelligence untuk keperluan perang yang mengancam peradaban,” kata Megawati.

Megawati pun menyadari bahwa perkembangan AI memang luar biasa. Kecerdasan buatan menawarkan peningkatan produktivitas, efisiensi, daya saing, pengurangan human error, dan menghasilkan akurasi tinggi di dalam menyelesaikan berbagai persoalan di bidang kesehatan, pertanian, transportasi, industri manufaktur, pendidikan, dan lain sebagainya.

Begitu pesatnya perkembangan AI, kata Megawati, sampai ada yang membayangkan bahwa daya cipta yang menjadi otoritas Tuhan bisa dipindahkan ke ranah manusia melalui kemajuan AI.

Berita Rekomendasi

“Bisa dibayangkan, jika manusia hidup dalam suatu sistem yang dipenuhi ‘manusia robot’. Manusia robot ini serba beralgoritma dan mengambil keputusan atas dasar rasionalitas program kecerdasan buatan, disertai olahan big data,” ungkap Megawati.

“Sementara manusia itu lahir secara alami, lengkap dengan emosi dan perasaannya. Dalam berbagai film futuristik, revolusi AI menciptakan bio-human robotic. Bisa dibayangkan jika lahir manusia buatan tanpa melalui proses reproduksi yang natural sebagai karya Ilahi. Kegelisahan atas masa depan AI yang menggantikan peran manusia ini banyak diungkapkan. Terlebih dengan keputusan otonomnya yang bisa mengabaikan etika kemanusiaan dan hati nurani menciptakan ancaman bagi umat manusia,” sambungnya.

Kegelisahan itu nampak nyata, lanjut Megawati, ketika dalam berbagai kejadian, termasuk dalam Pemilu di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia, sudah muncul penyalahgunaan AI. 

Yakni terkait dengan berita bohong, hoax, dan social engineering lainnya, hingga menciptakan tiruan ucapan manusia yang nyaris sempurna. 

Baca juga: Megawati: Perlunya Regulasi Global untuk Cegah Kolonialisme Baru di Era Kecerdasan Buatan

Putri Proklamator RI Bung Karno itu lalu bercerita, sebelum ke Rusia, dia ditunjukkan sebuah video. Di sana, Megawati sedang bernyanyi. Ternyata video itu berbasis AI, diambil dari gambar dirinya ketika sedang melakukan rapat di PDIP.

Menurut Megawati, video AI itu terlihat sangat riil dan seakan nyata. Suaranya di video AI itu terdengar nyata, seakan-akan asli. Padahal Megawati sendiri tidak pernah menyanyikan lagu yang ada di dalam video tersebut.

“Tapi saya juga bertanya, bagaimana kalau semua (kemampuan AI, red) itu lalu digunakan untuk tujuan lain? Hanya diperlakukan demi kekuasaan dan hawa nafsu manusia misalnya? Bagaimana kalau kemampuan AI begitu digunakan untuk melakukan penjajahan lagi?” beber Megawati.

Dia lalu memberi contoh kejadian di Inggris baru-baru ini. Di mana berbagai kerusuhan sosial, radikalisme, dan ekstremisme akibat berita palsu (fake news) berbasis AI beredar. 

“Kesemuanya menjadi tanda peringatan serius ketika teknologi mengabaikan kebenaran dan etika kemanusiaan,” tegas Megawati.

Maka itu pula, Megawati berharap para akademisi di seluruh dunia, bisa mengarahkan pengembangan AI yang mendengarkan gelora kemanusiaan yang kuat.

“Semoga melalui forum yang sangat bergengsi ini, kolaborasi riset dan pendidikan yang bepijak pada gelora kemanusiaan akan bergema kuat. Kemajuan teknologi termasuk AI harus dibingkai pada upaya meningkatkan peradaban, membangun keharmonisan sosial, dan hubungan antar bangsa yang lebih berkeadaban,” kata Megawati.

Dalam rombongannya ke Rusia, Megawati didampingi oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga serta Guru Besar Fakultas Hubungan Internasional Universitas St.Petersburg, Connie Rahakundini Bakrie.

Terlihat juga yang turut mendampingi Megawati, Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah, Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri Ismail, Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Kesowo, dan Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian dan Wakil Kepala BPIP Rima Agristina. Megawati juga tampak ikut ditemani Herman Herry, anggota DPR RI serta Samuel Wattimena, anggota DPR RI terpilih.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas