Ada Apa Antara Israel vs Hizbullah? Berikut 5 Hal yang Perlu Diketahui
Berikut hal yang perlu diketahui terkait perang antara Israel dan kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
Meskipun ada provokasi dari Israel - seperti serangan terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada April 2024 dan pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh - respons Iran terhadap Tel Aviv sejauh ini masih biasa saja.
Pembalasan Iran atas serangan udara pada April 2024, sudah diramalkan jauh-jauh hari dan sebagian besar berhasil dicegat Israel.
Namun, hingga saat ini, Iran belum menunjukkan ada tanggapan atas pembunuhan Haniyeh.
Setelah serangan pager terhadap anggota Hizbullah dan warga sipil tak berdosa, komandan Korps Garda Revolusi Islam Iran, Hossein Salami, menjanjikan "respons yang menghancurkan dari poros perlawanan."
AS, meskipun dengan tegas mendukung Israel, juga telah menunjukkan kesadarannya terhadap risiko eskalasi.
Diplomat AS terus berperan aktif dalam memfasilitasi perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Baca juga: Profil Ibrahim Aqil, Komandan Militer Hizbullah Tewas Diserang Israel, Kepalanya Dihargai Rp106 M
Presiden AS, Joe Biden, bahkan melangkah lebih jauh. Ia mengumumkan kesepakatan gencatan senjata pada Mei 2024, yang saat itu ia kaitkan dengan Israel.
Namun, kesepakatan itu kemudian ditolak.
Apakah sebagian pejabat Israel menginginkan eskalasi?
Bagi banyak orang di Israel, setelah puluhan tahun ketegangan dan konflik sporadis, perang dengan Hizbullah telah dianggap sebagai sesuatu yang tak terelakkan.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah nasib sekitar 60.000 penduduk Israel utara yang dievakuasi setelah 7 Oktober untuk mengantisipasi serangan serupa dari Hizbullah.
Meskipun serangan itu tidak terjadi, baku tembak roket antara Israel dan Hizbullah telah menyebabkan wilayah utara Israel tidak lagi aman untuk ditinggali lagi.
Banyak pula yang menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berusaha memperpanjang dan meningkatkan perang saat ini demi kepentingan politiknya.
Keluarga sandera Israel yang ditawan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, telah berulang kali menuduh Netanyahu menggagalkan potensi perjanjian gencatan senjata.
Kekhawatiran serupa juga sempat disampaikan oleh Biden, yang mengisyaratkan hal yang sama pada Juni 2024 .