Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Eks Bos Mossad: Netanyahu Lebih Pilih Balas Dendam Ketimbang Bebaskan Tawanan Israel di Gaza

Mantan kepala dinas mata-mata Mossad Israel, Tamir Pardo mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Eks Bos Mossad: Netanyahu Lebih Pilih Balas Dendam Ketimbang Bebaskan Tawanan Israel di Gaza
Times of Israel/Dudu Bachar
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Mantan kepala dinas mata-mata Mossad Israel, Tamir Pardo mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan kepala dinas mata-mata Mossad Israel, Tamir Pardo, mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Menurut Pardo, pemerintahan Israel seharusnya menerima tawaran Hamas terkait kesepakatan pertukaran sandera.

Namun, saat ini yang dilakukan Netanyahu justru sebaliknya.

Ia tampak mengabaikan keselamatan nyawa para tahanan, tetapi memilih untuk membalas dendam.

Pardo menuduh Netanyahu telah mengetahui sandera tidak dapat dibebaskan melalui serangan militer dan dapat terbunuh dalam serangan udara Israel di Gaza.

"Namun, Israel memilih balas dendam. Mereka tahu bahwa para sandera tidak dapat dibebaskan melalui serangan militer," kata Pardo, dikutip dari Anadolu Anjansi.

Apa yang dilakukan Netanyahu saat ini hanya menutupi semua dan memberikan narasi palsu terhadap warga Israel.

Berita Rekomendasi

"Namun, pemerintah tidak ambil pusing. Pemerintah justru melancarkan kampanye untuk meyakinkan publik bahwa narasi palsu adalah kemenangan mutlak," imbuhnya.

Pardo menegaskan, daripada mencari balas dendam, sebaiknya Netanyahu memikirkan nasib para sandera terlebih dahulu.

Jika sudah, Netanyahu dapat fokus pada tujuan militer Israel.

"Daripada melakukan balas dendam, pemerintah seharusnya mencapai kesepakatan untuk membebaskan para sandera terlebih dahulu dan kemudian mengejar tujuan militer," katanya.

Baca juga:  Perang Intelijen, Shin Bet Tangkap Warga Israel yang Jadi Mata-mata Iran untuk Bunuh Netanyahu

Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Kepala Staf Israel, Herzi Halevi.

Halevi sempat mengatakan kepada keluarga tawanan, upaya pembebasan sandera sedang dalam kondisi kritis.

Belum ada kemajuan apapun dari perundingan gencatan senjata.

Menurut Halevi, apabila belum ada kesepakatan pertukaran tawanan, maka nasib tawanan belum tentu bisa dibebaskan, dikutip dari Al Mayadeen.

Pembicaraan mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan telah terhenti karena perang Israel di Jalur Gaza terus berlanjut.

Poin utama yang diperdebatkan Netanyahu adalah Koridor Philadelphia yan terletak di perbatasan antara Gaza dan Mesir.

Koridor tersebut meliputi perbatasan Rafah dengan Mesir yang sangat penting untuk pengiriman bantuan. 

Netanyahu mengklaim Koridor itu penting untuk operasi Hamas dan bersikeras mempertahankan kehadiran militer di sana sebagai bagian dari perjanjian apapun.

Akan tetapi, Hamas telah menegaskan tuntutannya tidak dapat dinegosiasikan.

Hamas menuntut agar Israel menghentikan agresi secara permanen di Gaza.

Tidak hanya itu, Hamas juga menutut Israel menarik semua pasukannya dari Gaza.

Konflik Palestina vs Israel

Israel telah mengabaikan resolusi DK PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel tidak berhenti melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza.

Hingga saat ini, warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel telah mencapai 41.400 orang.

Sementara korban luka akibat serangan Israel telah mencapai 95.800 warga Palestina.

Lebih dari 10 bulan sejak serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza masih hancur.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait MossadBenjamin Netanyahu dan Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas