Irak Luncurkan Serangan Terbesar ke Israel sejak 1991, Lancarkan 5 Operasi dalam Waktu 24 Jam
Perlawanan Irak membombardir Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, Minggu (22/9/2024). Serangan itu menjadi yang terbesar sejak 1991.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Tiga dari serangan itu menargetkan lokasi di Haifa yang diduduki menggunakan drone.
Operasi keempat menargetkan lokasi pendudukan di Lembah Yordan.
Janji Balaskan Dendam Hizbullah
Sebelumnya, Kelompok Perlawanan Irak Gerakan Nujaba pro-Iran yang beroperasi di bawah organisasi induk Perlawanan Islam di Irak (IRI), mengutuk "tindakan kriminal" Israel terhadap pejuang Hizbullah dan warga sipil di Lebanon, Selasa (17/9/2024).
Menyusul serangan itu, Gerakan Nujaba bersumpah akan membalaskan dendam Hizbullah.
Sekretaris Jenderal Gerakan Nujaba, Akram al-Kaabi, menekankan pihaknya sepenuhnya siap menggunakan senjata, rudal, dan drone terbaru jika akan menyerang Israel.
"Kami bersiap menembaki (menggunakan rudal) semua pemukiman Israel di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, sebagai tanggapan atas serangan teroris di Lebanon," katanya dalam pernyataan pada Rabu (18/9/2024), dilansir Press TV.
Baca juga: Iran Pastikan Proksinya Akan Balaskan Dendam Hizbullah dan Hamas: Kita Saksikan Kehancuran Israel
Al-Kaabi juga menyuarakan dukungan mereka terhadap Hizbullah dalam menghadapi, "Zionis, Amerika, dan sekutu mereka."
Terpisah, Hizbullah juga telah menegaskan mereka akan membalas serangan Israel yang menewaskan 12 pejuangnya.
Pernyataan ini muncul setelah ledakan mematikan terjadi di Lebanon.
"Kami benar-benar yakin akan kemenangan," kata Hizbullah, Rabu.
Meski tengah berduka atas kematian para pejuangnya, Hizbullah memastikan pihaknya tetap akan menjalankan operasi serangan ke Israel sebagai dukungan terhadap Gaza.
Mereka menegaskan kembali komitmennya untuk "melanjutkan hari ini sebagaimana hari sebelumnya, operasi-operasi dalam mendukung Gaza, rakyatnya, dan Perlawanannya, serta untuk membela Lebanon, rakyatnya, dan kedaulatannya."
Upaya yang sedang berlangsung ini, lanjut Hizbullah, bukan merupakan bagian dari "perhitungan berat yang harus dihadapi musuh (Israel) atas pembantaian yang dilakukannya pada hari Selasa terhadap rakyat, keluarga, dan pejuang kami di Lebanon."
Diketahui, ledakan massal di Lebanon terjadi pada Selasa (17/9/2024) dan Rabu (18/9/2024).