Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ayatollah Ali Khamenei Sebut Hizbullah Masih Kuat Perangi Israel Meski Sejumlah Komandannya Tewas

Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa Hizbullah Lebanon masih berdiri kuat meskipun kehilangan beberapa komandan utamanya akibat serangan Israel.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Ayatollah Ali Khamenei Sebut Hizbullah Masih Kuat Perangi Israel Meski Sejumlah Komandannya Tewas
X/Ayatollah Ali Khamenei/@khamenei_ir
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa Hizbullah Lebanon masih berdiri kuat meskipun kehilangan beberapa komandan utamanya akibat serangan Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa Hizbullah Lebanon masih berdiri kuat meskipun kehilangan beberapa komandan utamanya akibat serangan Israel.

Khamenei berbicara dalam sebuah pertemuan dengan personel militer pada hari Rabu (25/9/2024).

Pria berusia 85 tahun itu mengatakan bahwa meskipun Hizbullah telah melemah, kelompok itu akan tetap bertahan, Al Jazeera melaporkan.

“Beberapa kekuatan Hizbullah yang efektif dan berharga telah gugur, yang tidak diragukan lagi menyebabkan kerugian bagi Hizbullah, tetapi ini bukanlah jenis kerusakan yang dapat membuat kelompok tersebut bertekuk lutut,” kata Khamenei.

“Kekuatan organisasi dan sumber daya manusia Hizbullah sangat kuat dan tidak akan terpukul secara kritis oleh terbunuhnya seorang komandan senior, meskipun itu jelas merupakan kerugian,” imbuh pemimpin Iran tersebut.

Ia mengakhiri dengan menyatakan bahwa “perlawanan Palestina dan Lebanon akan memperoleh kemenangan akhir.

Pidato itu disampaikan di waktu yang sama saat pemboman Israel yang menargetkan kelompok bersenjata Syiah berlanjut untuk hari ketiga berturut-turut.

Tidak ada de-eskalasi

Berita Rekomendasi

Hizbullah telah bertukar tembakan hampir setiap hari dengan militer Israel di perbatasan Lebanon-Israel sejak perang di Gaza pecah pada bulan Oktober.

Namun, kekerasan antara keduanya meningkat drastis minggu lalu ketika serangkaian serangan terkoordinasi menyebabkan perangkat elektronik yang digunakan oleh Hizbullah meledak di seluruh Lebanon dan Suriah.

Sabotase yang dipicu dari jarak jauh, yang secara luas disalahkan pada Israel, menewaskan sedikitnya 39 orang dan melukai hampir 3.000 orang.

Baca juga: Donald Trump Tuduh Iran Jadi Ancaman Besar terhadap Nyawanya

Para analis menyebutnya sebagai perubahan baru yang berbahaya dalam perang siber.

Pada hari Rabu, pesawat tempur Israel mengebom Lebanon untuk hari ketiga.

Serangan udara awal minggu ini menewaskan sedikitnya 558 orang, menandai gelombang kekerasan paling mematikan di Lebanon sejak perang saudara 1975-1990, dan menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi dari wilayah selatan negara itu.

Sejumlah tokoh senior Hizbullah telah terbunuh dalam kekerasan terbaru, termasuk komandan senior Ibrahim Aqil dan Ibrahim Muhammad Qubaisi.

Sebagai balasan, Hizbullah mengatakan telah menembakkan rudal balistik ke markas besar Mossad Israel di dekat Tel Aviv pada hari Rabu, sebuah serangan yang digambarkan militer Israel sebagai belum pernah terjadi sebelumnya.

Imran Khan dari Al Jazeera, melaporkan dari kota Marjayoun di Lebanon selatan, mengatakan serangan Israel-Hizbullah tampaknya akan meningkat.

“Tidak ada de-eskalasi. Tidak ada diplomasi. Hanya Hizbullah dan tentara Israel yang saling serang,” lapornya.

“Tentara Israel mengatakan mereka terus menyerang target-target Hizbullah. Dan Hizbullah sebenarnya sedikit meningkatkan serangan dan kami melihat lebih banyak serangan roket daripada yang mungkin kami lihat dalam 24 jam terakhir.”

Menanti gencatan senjata

Dikutip dari Reuters, Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati telah menyatakan harapan bahwa gencatan senjata dapat segera dicapai untuk mengakhiri pertempuran antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran yang telah mengguncang negaranya dan menimbulkan kekhawatiran akan invasi darat.

Amerika Serikat, Prancis dan beberapa sekutu menyerukan gencatan senjata sementara segera selama 21 hari di perbatasan Israel-Lebanon.

Kekuatan barat juga menyatakan dukungan untuk gencatan senjata di Gaza menyusul diskusi intensif di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Rabu (25/9/2024).

Baca juga: Iran Tolak Permintaan Hizbullah untuk Gabung Serang Israel, Beralasan Waktunya Belum Tepat

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas