Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Erdogan: Hamas Bukan Teroris, Mereka Kelompok Perlawanan yang Mempertahankan Tanahnya

Menjawab pertanyaan tentang serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, Erdogan mengatakan kalau latar belakang insiden tersebut harus diteliti.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Erdogan: Hamas Bukan Teroris, Mereka Kelompok Perlawanan yang Mempertahankan Tanahnya
YASIN AKGUL / AFP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengenakan syal dengan bendera Turki dan Palestina saat ia berpidato di rapat umum yang diselenggarakan oleh partai AKP dalam solidaritas dengan rakyat Palestina di Gaza, di Istanbul pada 28 Oktober 2023. 

Erdogan: Hamas Bukan Teroris, Mereka Kelompok Perlawanan yang Mempertahankan Tanah Airnya

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, Selasa (24/9/2024) mengatakan kalau dia tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris, melainkan kelompok perlawanan yang mempertahankan wilayah, tanah airnya. 

"Sejak tahun 1947 hingga sekarang, Palestina telah kehilangan banyak wilayah," kata Erdoğan dalam sebuah wawancara dengan NBC News yang berbasis di Amerika Serikat (AS). 

"Ada yang mengkritik Anda, Turki, karena menyediakan rumah bagi Hamas, yang menurut AS adalah teroris, dan Anda mengatakan bahwa Anda menentang terorisme," kata pembawa acara Keir Simmons.

Baca juga: Disebut Israel Sudah Hancur, Brigade Rafah Al Qassam Hantam Unit IDF Pakai Roket TBG Hingga Tewas

"Kami, tentu saja, menentang teroris," kata Erdoğan. 

"Tetapi saya adalah salah satu pemimpin yang sangat mengenal Hamas, dan saya tidak pernah menyebut Hamas sebagai organisasi teroris, dan saya tidak mendekati Hamas sebagai organisasi teroris sekarang karena Hamas berupaya melindungi tanah air mereka," tambah Erdoğan.

"Karena Hamas adalah kelompok perlawanan yang berusaha melindungi wilayahnya. Oleh karena itu, bagaimana saya bisa menyebut kelompok perlawanan seperti itu sebagai organisasi teroris?" katanya.

Berita Rekomendasi

Menjawab pertanyaan tentang serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, Erdogan mengatakan kalau latar belakang insiden tersebut harus diteliti.

Baca juga: Rencana Turki gabung BRICS: Siasat Mempercepat Aksesi UE?

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Jumat mengutuk penembakan Israel yang menewaskan seorang aktivis AS-Turki saat demo di Tepi Barat.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Jumat mengutuk penembakan Israel yang menewaskan seorang aktivis AS-Turki saat demo di Tepi Barat. (X/Twitter)

"Kita perlu mengetahui alasan yang mempersiapkan kondisi untuk 7 Oktober. Kita perlu memahaminya dengan baik. Dan ketika kita meneliti latar belakang berapa banyak warga Palestina yang menjadi martir, berapa banyak warga Palestina yang terbunuh, situasinya mencapai tingkat yang sangat, sangat berbeda," tambahnya.

Israel telah melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Hampir 41.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas sejak itu dan sekitar 96.100 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Serangan Israel telah mengungsikan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut di tengah blokade yang sedang berlangsung yang telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah. Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.

Pasukan Ukraina di Kota Pokrovsk
Pasukan Ukraina di Kota Pokrovsk (Garda Nasional Ukraina)

Soal Ukraina Mau Masuk Jadi Anggota NATO

Selama wawancara, ketika ditanya tentang pandangan Ankara mengenai proposal keanggotaan Ukraina untuk NATO, Erdogan mengatakan bahwa Turki akan mempertimbangkan posisi semua negara NATO dalam masalah ini.

 "Amerika tidak ingin Ukraina bergabung dengan NATO sejak awal. Banyak negara NATO juga tidak ingin Ukraina bergabung dengan NATO. Kita perlu mengakui fakta-fakta ini dan membuat keputusan," kata si presiden.

Erdogan mengatakan pertanyaan mengenai keanggotaan Ukraina di NATO memerlukan pertimbangan yang matang, dengan menyebut: "Ketika kita melihat fakta-fakta ini, ini bukanlah masalah yang harus disikapi dengan gembira."

"Ketika kita membuat keputusan mengenai masalah ini, tentu saja, kita menaruh sikap semua anggota NATO di atas meja dan membuat keputusan kita sesuai dengan itu," kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa keputusan akhir Turki akan diambil setelah mempertimbangkan posisi negara-negara anggota lainnya.

"Keputusan ini tidak dibuat dengan tergesa-gesa," kata presiden. Ukraina telah secara terbuka menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan aliansi NATO.

Meskipun NATO belum menawarkan keanggotaan kepada Ukraina, aliansi tersebut telah secara signifikan memperkuat hubungannya dengan Kyiv sejak perang dengan Rusia dimulai pada Februari 2022.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas