Pemimpin Houthi Nyatakan Dukungan untuk Hizbullah, Sebut Serangan Darat Israel di Lebanon Akan Gagal
Pemimpin HouThi mengutuk serangan besar Israel baru-baru ini terhadap Lebanon, menuduh mereka dengan sengaja menargetkan warga sipil.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Houthi kemudian mengambil alih Ibu Kota Yaman, Sanaa, pada September 2014 dan menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman pada 2016.
Para pejabat pemerintah Yaman dan negara-negara Sunni telah berulang kali menuduh bahwa Iran dan kaki tangannya, Hizbullah, telah memberikan senjata, pelatihan, dan dukungan keuangan kepada Houthi.
Namun, para pejabat Iran dan Hizbullah membantah atau meremehkan klaim tersebut.
Sebagai bagian dari “Poros Perlawanan” yang didukung oleh Iran, Houthi telah mendukung Palestina sejak Hamas menyerang Israel.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree menyalahkan Israel atas ketidakstabilan di Timur Tengah, dan mengatakan bahwa lingkaran konflik di wilayah tersebut diperluas karena kejahatan yang terus berlanjut.
Kelompok Houthi akan terus melancarkan serangan sampai agresi Israel berhenti, ujarnya pada awal-awal perang.
700 Orang di Lebanon Tewas dalam Seminggu
Sementara itu, lebih dari 700 orang di Lebanon tewas akibat serangan Israel minggu ini.
Pada Jumat (27/9/2024) pagi, 9 orang dari keluarga yang sama tewas dalam serangan Israel di kota perbatasan Lebanon, Shebaa.
Setidaknya empat korban adalah anak-anak, menurut walikota setempat, sebagaimana dikutip Reuters.
Serangan yang semakin intensif telah memicu sejumlah besar warga Lebanon melarikan diri dari kota dan desa mereka, dan mencari perlindungan di tempat lain di negara itu dan di negara-negara tetangga.
Organisasi Internasional untuk Migrasi memperkirakan pada Kamis bahwa lebih dari 200.000 orang telah mengungsi di Lebanon sejak Oktober, ketika Hizbullah dan Israel mulai saling tembak lintas perbatasan di tengah perang di Gaza.
Baca juga: Menlu Abbas Araghchi: Iran Tidak Akan Acuh Tak Acuh Melihat Perang Skala Penuh di Lebanon
Sementara itu, Israel menolak desakan sekutu untuk gencatan senjata selama 21 hari di Lebanon.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dengan tegas menolak usulan gencatan senjata itu, dan justru memerintahkan militer untuk terus bertempur dengan kekuatan penuh.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)