AS Dukung Invasi Israel di Lebanon Selatan dengan Dalih Kalahkan Hizbullah
AS mendukung invasi Israel di Lebanon selatan yang diklaim demi mengalahkan Hizbullah setelah pembunuhan pemimpinnya Hassan Nasrallah.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin, mengatakan pemerintah AS mendukung sekutunya, Israel, dalam melancarkan invasi darat ke Lebanon selatan.
Ia setuju dengan pendapat Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, yang mengklaim invasi tersebut untuk meruntuhkan kekuatan militer kelompok Hizbullah di kawasan itu.
"Saya setuju dengan (Yoav) Gallant tentang perlunya membongkar infrastruktur di sepanjang perbatasan untuk memastikan Hizbullah tidak melancarkan serangan terhadap Israel," kata Lloyd Austin dalam pernyataannya, Selasa (1/10/2024).
Lloyd Austin mengulang komitmen AS untuk mendukung Israel yang melakukan pemboman di Lebanon dengan dalih membela diri, selain mengebom Jalur Gaza, Suriah, dan Irak.
"Saya telah menjelaskan kepada rekan saya di Israel bahwa Amerika Serikat mendukung hak negaranya untuk membela diri," lanjutnya.
Ia mengatakan AS berupaya mencegah pihak mana pun untuk memperluas perang di kawasan itu, merujuk pada Iran yang dituding sebagai pendonor Hizbullah dan kelompok perlawanan lainnya.
“Kami bertekad untuk mencegah pihak mana pun mengeksploitasi ketegangan atau memperluas konflik," katanya.
"Iran akan terkena konsekuensi yang mengerikan jika mereka memilih melancarkan serangan militer langsung terhadap Israel," tambahnya, seperti diberitakan El Nashra.
Lloyd Austin juga menekankan perlunya menemukan solusi diplomatik untuk memastikan kembalinya warga sipil dengan aman ke rumah mereka di kedua sisi perbatasan.
Ia menekankan serangan Israel di Lebanon selatan bukanlah tujuan akhir untuk menjamin keamanan Israel.
Sebelumnya, Israel meningkatkan serangannya di Lebanon selatan sejak Senin (23/9/2024) yang membunuh lebih dari 923 orang dan melukai lebih dari 2.715 lainnya.
Baca juga: Bela Netanyahu, AS Peringatkan Proksi Iran agar Tak Ikut Campur dalam Konflik Israel vs Hizbullah
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Sementara itu, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.595 jiwa dan 96.251 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (1/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel