Hizbullah: Kami Tak Minta Bantuan Iran untuk Hadapi Invasi Israel di Lebanon Selatan
Hizbullah memastikan tidak meminta bantuan Iran untuk menghadapi invasi darat Israel dan serangan udara di Lebanon selatan.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Parlemen Lebanon untuk kelompok Hizbullah, Hassan Fadlallah, mengatakan Hizbullah tidak meminta bantuan apa pun dari Iran.
Ia menegaskan Hizbullah akan menghadapi Israel yang memulai invasinya ke Lebanon selatan.
“Iran bukanlah salah satu negara yang membeli dan menjual isu-isu tersebut. Iran menganggap dirinya prihatin, dan kami tidak meminta apa pun dari Iran dalam konfrontasi ini. Kami berkonfrontasi dan kami berjuang," kata Hassan Fadlallah kepada TV Al-Jadeed, Senin (30/9/2024).
"Iran memberikan semua dukungan dan bantuan," lanjutnya.
Tentara pendudukan Israel mengumumkan dimulainya agresi darat di Lebanon selatan pada Senin tengah malam.
Langkah ini diambil setelah mendapat persetujuan di tingkat politik.
“Berdasarkan keputusan tingkat politik, tentara memulai operasi darat yang ditargetkan dan tepat di wilayah selatan Lebanon, terhadap sasaran dan infrastruktur organisasi Hizbullah, di sejumlah desa dekat wilayah tersebut. berbatasan," kata juru bicara militer Israel (IDF), Daniel Hagari, Selasa (1/10/2024) dini hari.
Israel menginvasi Lebanon selatan setelah membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan komandan front selatan Hizbullah, Ali Karaki, melalui serangan udara di distrik Dahiya, pinggiran kota Beirut, Lebanon, Jumat (27/9/2024).
Pada Senin (23/9/2024), Israel memulai serangan skala besar di Lebanon selatan dengan dalih menargetkan basis militer Hizbullah.
Dalam serangan itu, lebih dari 923 orang tewas dan lebih dari 2.715 lainnya terluka.
Jumlah tersebut meningkat seiring dengan invasi darat Israel di Lebanon selatan yang dimulai hari ini serta serangan udara berulang di kawasan tersebut.
Baca juga: 9 Pemimpin Hizbullah Tewas dalam Seminggu, Israel Tegaskan Perang Tahap Berikutnya Akan Dimulai
Israel menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.595 jiwa dan 96.251 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (1/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel