Gagal Total, 4 Tujuan Israel di Gaza Tak Ada yang Tercapai
Selama setahun melakukan genosida di Gaza, tak ada satupun tujuan Israel yang tercapai di wilayah kantong tersebut.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Whiesa Daniswara
Saat serangan udara terhadap infrastruktur sipil di Gaza meningkat, Israel mengklaim serangan itu menargetkan tempat persembunyian Komandan Hamas, khususnya pemimpin militer Mohammad Deif.
Tapi, tidak satupun narasi Israel terbukti benar setelah satu tahun peringatan Operasi Banjir Al-Aqsa.
Lalu, apakah Hamas sudah berhasil dikalahkan?
Beberapa waktu lalu, Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengatakan Hamas tak bisa dimusnahkan begitu saja.
"Gagasan bahwa Hamas dapat dihancurkan, bahwa Hamas telah lenyap - sama saja dengan melemparkan pasir ke mata publik," ujar Hagari dalam wawancara bersama Channel 13 Israel pada Juni 2024, dilansir The Times of Israel.
"Hamas adalah sebuah ideologi. Hamas adalah sebuah partai. Ideologi ini telah mengakar di hati rakyat (Palestina). Siapapun yang berpikir kita bisa melenyapkan Hamas, adalah salah," imbuh Hagari.
Baca juga: Konflik Palestina vs Israel Tak Bermula dari 7 Oktober 2023, Deklarasi Balfour Jadi Biangnya
Saat itu, Hagari juga memperingatkan, "jika pemerintah tidak menemukan alternatif, (Hamas) akan tetap berada" di Jalur Gaza.
2. Menghancurkan Poros Perlawanan
Tentara Israel selama satu tahun terakhir telah menggunakan taktik perang hibrida untuk mengisolasi, melemahkan semangat, memecah belah, dan melemahkan kelompok perlawanan dari Lebanon, Irak, hingga Yaman.
Israel menargetkan komandan tinggi kelompok perlawanan dari wilayah tersebut, dengan tujuan untuk menciptakan kekosongan kepemimpinan.
Harapannya, agar ada perpecahan internal di antara kelompok perlawanan.
Militer Israel juga berupaya menimbulkan perpecahan di kalangan kelompok perlawanan, dengan menyebarkan narasim warga sipil Palestina harus membayar harga atas tindakan kelompok perlawanan.
Selain itu, militer Israel juga mendorong opini dengan menggambarkan kelompok perlawnaan sebagai kelompok lemah.
Namun, rencana Israel kembali gagal karena setiap warga sipil yang kehilangan anggota keluarga akibat serangan di Gaza, bersumpah akan mendukung pejuang perlawanan dan membalas dendam terhadap Tel Aviv.
Bukan saja rencana Israel gagal, tetapi kelompok perlawanan juga berhasil memperoleh penerimaan dan popularitas publik yang lebih besar dari penduduk yang menjadi sasaran apartheid Israel selama bertahun-tahun.