Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kaukasus Rusia di Ambang Perang Saudara, Pemimpin Chechnya Siap Deklarasikan Perseteruan Berdarah

Wilayah Kaukasus Utara Rusia terlibat pertikaian. Pemimpin Chechnya menuduh 3 politisi merencanakan pembunuhan terhadapnya.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Kaukasus Rusia di Ambang Perang Saudara, Pemimpin Chechnya Siap Deklarasikan Perseteruan Berdarah
Kolase Tribunnews, TASS
(Dari kiri ke kanan, atas ke bawah) Ramzan Kadyrov, Suleyman Kerimov, Bekkhan Barakhoyev, Rizvan Kurbanov 

Gesekan antara Chechnya dan Dagestan berkisar pada pertikaian teritorial yang sudah berlangsung lama.

Etnis Chechnya di Dagestan, yang berjumlah sekitar 16.000 orang, bersama dengan Kadyrov, telah mengintensifkan seruan agar Dagestan menghormati komitmennya untuk mengembalikan distrik Chechen kepada mereka pada akhir tahun 2024.

Namun, tindakan seperti itu kemungkinan mengharuskan pemerintah Dagestan untuk menggusur suku Avar dan Lak, yang menetap di sana setelah deportasi orang Chechen oleh Mantan Presiden Rusia Joseph Stalin pada tahun 1944.

Pejabat Dagestan khawatir bahwa tindakan seperti itu dapat mengganggu keseimbangan wilayah mereka, menyebabkan Grozny (ibu kota Chechnya) mengklaim wilayah Chechnya yang telah dibangun kembali oleh Dagestan, dan memicu kembali konflik perbatasan lainnya.

Peta wilayah Kaukasus Rusia
Peta wilayah Kaukasus Rusia (opendemocracy)

Penembakan di Wildberries

Dalam pertemuan yang sama, Kadyrov juga menuduh ketiganya bertanggung jawab atas penembakan pada bulan September lalu di kantor Wildberries di Moskow, retailer online terbesar di Rusia.

Dilansir POLITICO, ini adalah pertama kalinya Kadyrov, yang merupakan sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, mengomentari penembakan tersebut.

Penembakan itu menewaskan dua penjaga keamanan etnis Ingush.

BERITA REKOMENDASI

Insiden itu terjadi dua bulan setelah penggabungan antara Wildberries dan firma swasta lain, Russ (diduga dimiliki oleh Suleyman Kerimov) dalam sebuah kesepakatan.

Media Rusia menyebut kesepakatan itu didukung oleh pemerintah Rusia.

Vladimir Bakalchuk, mantan suami CEO Wildberries, Tatyana Bakalchuk, menentang kesepakatan tersebut. 

Dengan dukungan Putin terhadap Tatyana Bakalchuk, Vladimir Bakalchuk bergabung dengan Kadyrov untuk memblokir merger tersebut.

Ia diduga menyerbu kantor tersebut bersama dengan orang-orang lain, termasuk beberapa orang Chechnya.

Vladimir Bakalchuk kemudian didakwa atas pembunuhan, tuduhan yang dibantahnya.

Kadyrov tidak pernah secara terbuka mengakui, anak buahnya terlibat dalam baku tembak tersebut. 

Sebaliknya, ia menggambarkan klaim tersebut sebagai upaya untuk menciptakan kericuhan satu sama lain dalam pertikaian dalam negeri.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas