Israel Bangun Tembok Raksasa di Perbatasan Suriah, Cemas 40 Ribu Milisi Suriah-Irak-Yaman Menyerbu
Tembok raksasa Israel 92 Km itu akan mencakup pagar ganda, tumpukan tanah dan parit, diperkuat - selain pagar yang ada - dengan teknologi pengawasan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Cemas 40 Ribu Milisi Suriah-Irak-Yaman Menyerbu, Israel Bangun Tembok Raksasa di Perbatasan Suriah
TRIBUNNEWS.COM - Israel dilaporkan berupaya membangun tembok raksasa yang berfungsi sebagai sistem keamanan berupa penghalang darat yang besar di perbatasan dengan Suriah.
Laporan Channel 14 Israel menyatakan, upaya keamanan ini sebagai bagian dari antisipasi menghadapi apa yang mereka sebut sebagai ancaman yang datang dari perbatasan di mana milisi-milisi Poros Perlawanan potensial masuk menyerbu ke teritorial pendudukan.
"Israel menanggapinya dengan serius," kata laporan tersebut dilansir Khaberni.
Baca juga: Dua Serangan Mematikan Hizbullah ke Israel dalam Sehari, Kepala IDF: Sulit dan Menyakitkan
Media Israel tersebut menjelaskan, penghalang yang akan dibangun bakal mempersulit apa yang digambarkan Israel sebagai “teroris yang akan mencoba memasuki Israel di masa mendatang”.
"(Serbuan milisi Poros Perlawanan) merupakan bagian dari apa yang dilihat oleh sistem keamanan Israel sebagai ancaman di perbatasan dengan Suriah, termasuk perbatasan timur juga," papar laporan tersebut.
Laporan tersebut menunjukkan kalau tembok keamanan tersebut akan mencakup pagar ganda, tumpukan tanah dan parit, dan akan diperkuat - selain pagar yang ada - dengan sarana teknologi pengawasan.
"Tembok raksasa juga akan dilengkapi dengan teknologi pengumpulan informasi intelijen tambahan," kata laporan itu.
Informasi yang dilansir, panjang perbatasan pagar antara Israel dan Suriah sepanjang 92 kilometer.
Belajar dari Peristiwa Banjir Al-Aqsa
Channel 14 mengkonfirmasi kalau pihak keamanan Israel akan melakukan pembangunan tersebut di wilayah perbatasan Suriah untuk memungkinkan wilayah tersebut dibentengi dengan lebih baik.
"Tujuannya adalah untuk menghalangi apa yang digambarkannya sebagai “pasukan musuh dan elemen musuh” jika mereka berusaha menyerbu wilayah Israel," kata laporan tersebut.
Media tersebut melaporkan, pengerjaan pembangunan tembok ini akan dilakukan dengan belajar dari kelemahan yang mereka miliki saat insiden 7 Oktober 2023, penyerangan Banjir Al-Aqsa terjadi oleh milisi Hamas.
"Pasukan tentara Israel sedang bekerja di lapangan dalam pembangunan tembok ini, dan tembok baru ini dibangun sebagai bagian dari “pembelajaran” dari tembok yang ditembus oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Perlawanan Gerakan, Hamas, pada serangan 7 Oktober," kata laporan tersebut.
Hal ini terjadi setelah sumber mengatakan kepada Al Jazeera – kemarin lusa – bahwa pasukan Israel disertai dengan kendaraan lapis baja menembus wilayah Suriah dekat kota “Kudna”, di sebelah barat Tal Al-Ahmar di pedesaan selatan Quneitra. .
Sumber tersebut menjelaskan bahwa pasukan ini melibas beberapa lahan pertanian sepanjang 500 meter kali 1.000 meter dan mencaploknya ke wilayah Israel dengan memasang pita berduri, sehubungan dengan serangan Israel yang menargetkan wilayah Suriah dari waktu ke waktu, termasuk ibu kota. Damaskus.
40 Ribu Milisi Poros Perlawanan dari Suriah-Yaman-Irak
Rencana pembangunan tembok raksasa di perbatasan Suriah ini menjadi respon dari apa yang dikabarkan surat kabar Israel, Haaretz pada akhir September kemarin.
Mengutip sumber-sumber yang dekat dengan tentara pendudukan Israel (IDF), Haaretz melaporkan kalau IDF kini diliputi kecemasan atas perluasan perang saat mereka menggempur di dua front, Gaza dan Lebanon.
Sumber itu mengatakan, kecemasan IDF merujuk pada informasi akan datangnya sekitar 40.000 orang milisi dari Suriah, Irak dan Yaman ke Golan yang diduduki.
Baca juga: Datang ke Golan, Panglima Perang Israel: IDF Siap Menyerbu Masuk Lebanon, Hizbullah Bombardir Metula
Saat itu, Hassan Nasrallah, Sekjen Hizbullah, belum menjadi sasaran pembunuhan pasukan Israel.
"Mereka menunggu seruan Nasrallah (Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah untuk berperang," kata sumber itu dikutip Khaberni dari Haaretz, Rabu (25/9/2024).
Adapun Hizbullah diketahui sudah mengirimkan surat permintaan ke Iran agar negara itu ikut bergabung dalam serangan ke Israel.
Namun, Iran menolak dengan alasan waktunya belum tepat.
Sebelumnya, wakil kepala badan media gerakan Ansar Allah Houthi di Yaman, Nasr al-Din Amer, menegaskan kelompoknya mampu mengirim ratusan ribu pejuang ke Lebanon untuk membantu Hizbullah.
Pernyataan itu, menyusul berita yang dirilis kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengatakan kabinet perang Israel menyetujui perluasan perang tidak hanya di Jalur Gaza, tetapi juga di Lebanon untuk melawan Hizbullah.
Nasr al-Din Amer yakin, Hizbullah memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapi Israel, namun Houthi memberikan tawaran pasukan jika Hizbullah membutuhkannya.
“Kami yakin dengan kemampuan Hizbullah untuk menyerang pendudukan Israel dengan pukulan yang fatal, dan kami akan berada di sisi mereka dalam konfrontasi apa pun," kata Nasr al-Din Amer, Selasa (17/9/2024).
“Kami siap mengirimkan ratusan ribu pejuang terlatih jika diperlukan, dan kami akan mendukung mereka seperti kami mendukung perlawanan di Palestina karena posisi kami didasarkan pada prinsip-prinsip iman," lanjutnya.
Nasr al-Din Amer juga membanggakan peluncuran rudal balistik baru milik Houthi dari Yaman menuju Tel Aviv pada Minggu (15/9/2024).
“Misil yang menyerang Tel Aviv pada hari Minggu bukanlah bagian dari respons terhadap pemboman pelabuhan Hodeidah. Operasi akan terus berlanjut sampai agresi terhadap Gaza berhenti," kata Nasr al-Din Amer.
“Kami bertujuan untuk memperluas kemampuan kami untuk menyerang sasaran apa pun di seluruh wilayah pendudukan Palestina, dan kami berupaya mencapainya dengan kecepatan tinggi," lanjutnya, seperti diberitakan Lebanon24.
Sejak 19 November 2023, Houthi menargetkan kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah untuk menekan Israel agar menghentikan agresinya di Jalur Gaza.
Sementara Hizbullah bergabung dalam perlawanan sejak 8 Oktober 2023 dengan menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Houthi dan Hizbullah bersumpah tidak akan menghentikan serangannya sampai Israel menghentikan agresinya di Jalur Gaza, mencabut pengepungan di Jalur Gaza, hingga menjamin masuknya bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina.
Milisi Irak Sudah Serang Israel
Dari Irak, Koalisi Perlawanan di negara tersebut mengumumkan pemboman terhadap sasaran militer Israel di kawasan Lembah Jordan dengan segerombolan drone pada Minggu (22/9/2024).
“Sebagai kelanjutan dari pendekatan kami untuk melawan pendudukan, mendukung rakyat kami di Palestina, dan sebagai tanggapan terhadap pembantaian yang dilakukan oleh entitas perampas terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, wanita dan orang tua, para Mujahidin Perlawanan Islam di Irak menyerang hari ini, Minggu (22/9/2024), dengan drone Al-Arfad," kata Perlawanan Irak dalam pernyataannya.
"Sebuah target di Lembah Jordan, di wilayah pendudukan kami. Ini adalah serangan kelima hari ini terus menghancurkan benteng musuh dengan kecepatan yang semakin meningkat," lanjutnya.
Ada laporan pawai drone tersebut menghantam pangkalan militer di kawasan Lembah Jordan.
Pawai serangan itu juga mencapai perbatasan Tubas dan Jenin di Tepi Barat.
Sirene dibunyikan setelah Perlawanan Irak mengumumkan peluncuran drone menuju Golan.
Sementara sirene dibunyikan di Beit Shean dan Tiberias di Lembah Jordan untuk pertama kalinya sejak Oktober, menurut laporan media-media Israel pada Minggu malam.
"Sirene terdengar di wilayah selatan Dataran Tinggi Golan dan Danau Tiberias karena tentara Israel khawatir akan infiltrasi drone ke dua wilayah tersebut," lapor surat kabar Yedioth Ahronoth.
Menurut surat kabar tersebut, tentara Israel sedang menjajaki kemungkinan mendeteksi drone atau rudal.
Sementara itu, Radio Angkatan Darat Israel menyatakan serangan tersebut datang dari timur.
“Setidaknya satu intersepsi terdeteksi setelah serangkaian sirene di wilayah Beit Shean dan Tiberias," lapor Channel12 Israel.
Baca juga: Klaim Siap Tingkatkan Tekanan, Israel Ancam Hizbullah: Mereka akan Terima Pukulan Lagi dan Lagi
Pertahanan Udara Israel Mencegat Beberapa Drone
Tentara Israel mengatakan sistem pertahanan udaranya mendeteksi sebuah drone yang diluncurkan dari Irak dan melintasi perbatasan Israel dari arah Suriah.
Setelah itu, beberapa rudal pencegat diluncurkan ke sana.
"Tidak ada laporan mengenai korban jiwa," kata tentara Israel dalam pernyataannya pada Minggu malam, yang menunjukkan masalah tersebut telah selesai.
Setidaknya, Israel menembak jatuh pawai drone yang diluncurkan dari Irak yang mencapai Tiberias dan Beisan.
"Israel menembak jatuh dua dari empat drone yang memasuki wilayah udara Israel. Satu drone menghantam pangkalan militer Israel di Lembah Yordan," kata koresponden Al-Arabiya.
Faksi-faksi perlawanan yang bergabung dalam poros perlawanan Iran mengumumkan telah menargetkan Israel untuk kelima kalinya pada Minggu kemarin.
Perlawanan Irak mengatakan operasi terhadap Israel akan meningkat setelah peluncuran pawai drone Al-Arfad di Lembah Jordan kemarin.
Perlawanan Irak bergabung dalam perlawanan terhadap Israel setelah Hamas di Jalur Gaza meluncurkan operasi pada 7 Oktober 2023, yang disusul oleh Hizbullah di Lebanon selatan pada 8 Oktober 2023.
(oln/khbrn/*)