Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Stok Amunisi Menipis, Israel Batasi Penggunaan Senjata di Medan Perang

Israel mulai membatasi para militernya terkait penggunaan peluru dan senjata lainnya sebagai respons terhadap menipisnya stok amunisi

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Stok Amunisi Menipis, Israel Batasi Penggunaan Senjata di Medan Perang
Responsible Staatecraft
Israel mulai membatasi penggunaan peluru dan senjata lainnya sebagai respons terhadap menipisnya stok amunisi di tengah memanasnya konflik dengan Hamas dan Hizbullah, akibat embargo yang dilakukan negara-negara sekutu. 

TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan mulai membatasi para militernya terkait penggunaan peluru dan senjata lainnya sebagai respons terhadap menipisnya stok amunisi di tengah memanasnya konflik dengan Hamas dan Hizbullah.

Pembatasan ini diberlakukan setelah pemerintah Israel mengadopsi kebijakan "ekonomi senjata ketat" terkait penggunaan peluru dan senjata lainnya.

Tak hanya amunisi, pembatasan juga diberlakukan Militer Israel untuk senjata Iron buntut stok amunisi yang kian menipis lantaran sejumlah negara sekutu Israel mulai menghentikan ekspor senjata ke Israel di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza.

Menurut laporan surat kabar Israel Haaretz yang dilansir dari Al Mayadeen, Kebijakan ini dirancang untuk memastikan bahwa komandan senior memprioritaskan penggunaan senjata berdasarkan tujuan operasional mereka.

Adapun pembatasan ini diberlakukan di tengah konflik panas antara militer Israel dengan Hamas di Gaza serta Hizbullah dari Lebanon yang melibatkan peluncuran roket, rudal, dan pesawat tak berawak.

Daftar Negara Stop Pasok Senjata ke Israel

Dua negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Belgia dan Italia sepakat untuk menghentikan semua ekspor senjata, amunisi perang serta bahan peledak bubuk mesiu ke Israel.

Penangguhan tersebut dilakukan keduanya setelah Mahkamah Internasional menentang invasi dan aksi genosida yang dilakukan Israel hingga menyebabkan lonjakan korban jiwa yang sebagian besar didominasi oleh anak-anak dan perempuan.

BERITA REKOMENDASI

Hal serupa juga turut dilakukan  perusahaan asal Jepang Itochu Corp yang menyatakan bahwa unit penerbangan mereka akan menghentikan kerjasama dengan perusahaan senjata Israel Elbit Systems Ltd. pada akhir Februari karena perang di Jalur Gaza.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Spanyol mengatakan sejak bulan Januari kemarin negaranya belum menjual senjata apapun kepada Israel.

Australia baru – baru juga dikabarkan menunda pengiriman senjata dan arteri tempur untuk militer Israel.

Baca juga: Dorong Embargo Senjata Israel, Delegasi Pro-Palestina Berbondong-Bondong ke Konvensi Demokrat

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese bahkan mulai terang-terangan mengabaikan permintaan PM Israel Benjamin Netanyahu untuk melakukan persetujuan ekspor senjata dan peralatan militer.

Atas dasar kemanusian, Pemerintah Belanda juga ikut bergabung dengan yang lainnya dengan menghentikan ekspor suku cadang jet tempur F-35 ke Israel.

Pemerintah Belanda menilai pengiriman suku cadang pesawat membuat negaranya terlibat dalam kemungkinan kejahatan, oleh karenanya Belanda memutuskan untuk berhenti memasok senjata perang ke negara Zionis itu.

Mengikuti langkah yang lainnya, Pemerintah Kanada melalui Menteri Luar Negeri Melanie Joly menyampaikan keputusan embargo penjualan senjata ke Israel.

“Partai Demokrat Baru (NDP) meminta pemerintah menghentikan ekspor senjata ke Israel di masa depan untuk keadilan dan perdamaian di Timur Tengah,” ujar Joly mengutip Al Mayadeen.

Pasokan AS Jadi Harapan Israel

Imbas embargo ini stok amunisi Israel yang berasal dari sumbangan negara-negara Barat mulai mengalami penipisan.

Apabila hal tersebut terus-menerus terjadi, maka pasukan Israel yang berada di jalur Gaza bisa  terancam mengalami krisis senjata dan amunisi.

Sejauh ini Israel hanya mengandalkan pasokan senjata dari Amerika, menurut data yang dihimpun Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), selama periode 2010-2022 ada 39 kontrak pengiriman senjata dari Amerika ke Israel yang nilainya mencapai 9,8 miliar dolar AS.

Tak hanya rudal, dalam kontrak kerjasama tersebut Amerika turut mengirimkan berbagai macam senjata penunjang perang.

Diantaranya  bom, alat peluncur roket, kendaraan perang dan mesinnya, helikopter militer, serta pesawat tempur dan aksesorisnya.

Hubungan mesra yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Israel bahkan membuat Washington rela mengirimkan bom presisi Spice Family Gliding Bomb Assemblies dengan nilai 320 juta  dolar atau setara Rp5 triliun untuk Israel.

Baru – baru ini Amerika  juga turut memesan pesawat tempur tambahan untuk memperkuat skuadron A-10, F-15 dan F-16 di pangkalan militer Israel.

Kedekatan ini yang membuat Amerika kini menjadi harapan bagi Israel di tengah maraknya embargo senjata yang dilakukan sejumlah negara sekutu.

(Tribunnews.com/ Namira Yunia)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas