Apa yang Akan Dilakukan Israel Terhadap Jasad Yahya Sinwar? Begini Hasil Autopsi Pemimpin Hamas
Israel akan menggunakan jasad Yahya Sinwar, mantan pemimpin Hamas, sebagai alat tawar-menawar dengan berbagai cara demi sandera Israel.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Khaled Meshaal memimpin biro politik Hamas selama sekitar 21 tahun dan sekarang mengepalai cabang eksternal Hamas.
Setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, Khaled Meshaal dilaporkan menolak peran kepemimpinan karena alasan kesehatan dan situasi saat ini.
Pengaruh Mohammad Nazzal terlihat jelas pada pemilu baru-baru ini.
Mohammad Nazzal bergabung dengan Hamas saat organisasi itu didirikan dan telah menjadi anggota biro politik Hamas sejak 1996.
Ia dianggap sebagai salah satu garis keras dalam kelompok tersebut.
Mousa Abu Marzouk adalah kandidat lain untuk kepemimpinan Hamas.
Ia mendirikan Hamas pada tahun 1987 dan menjadi kepala biro politik pertamanya.
Saat ini ia menjabat sebagai wakil kepala cabang eksternal Hamas.
Sebelumnya, Hamas pernah menyembunyikan identitas pemimpinnya pada tahun 2004 setelah Israel membunuh pendirinya Ahmed Yassin pada tanggal 22 Maret, diikuti oleh penggantinya, Abdel Aziz al-Rantisi, pada tanggal 17 April pada tahun yang sama.
Untuk waktu yang lama, Hamas tidak mengungkapkan nama pemimpinnya di Palestina untuk menghindari penargetan Israel.
Sejak didirikan pada tahun 1987, Hamas telah memiliki empat pemimpin biro politik: Abu Marzouk (1992-1996), Khaled Meshaal (1996-2017), Ismail Haniyeh (2017 hingga ia dibunuh tahun 2024), dan Yahya Sinwar (2024).
Baca juga: Jurnalis Pro-Zionis Datangi Lokasi Yahya Sinwar Dibunuh, Israel Segera Ledakkan Rumah Itu
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.603 jiwa dan 99.795 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (21/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.