Israel Kelabakan setelah Dokumen Intelijen AS Terkait Serangan ke Iran Bocor
Israel mulai kelabakan setelah dokumen intelijen AS mengenai serangan ke Iran bocor di media sosial.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Para pejabat Israel mulai kelabakan setelah dokumen intelijen milik Amerika Serikat (AS) bocor di media sosial.
Dokumen intelijen tersebut berisikan tentang rencana Israel yang akan menyerang Iran.
Terdapat dua dokumen yang dibocorkan oleh akun Telegram “Middle East Spectator”, yang mengklaim berkas tersebut dikirim oleh sumber di Pentagon.
Dokumen pertama berjudul: “Israel: Angkatan Udara Melanjutkan Persiapan untuk Serangan terhadap Iran dan Melakukan Latihan Pengerahan Pasukan Besar Kedua”.
Berkas pertama ini menjelaskan berbagai kegiatan termasuk penanganan rudal balistik dan rudal udara-ke-permukaan.
Sementara dokumen kedua berjudul: “Israel: Pasukan Pertahanan Melanjutkan Persiapan Amunisi Utama dan Aktivitas UAV Rahasia yang Hampir Pasti untuk Serangan terhadap Iran”.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Axios, lembaga pertahanan saat ini tengah menanggapi kebocoran tersebut dengan sangat serius.
Saat ini, pihak AS juga sedang menyelidiki kebocoran sepasang dokumen intelijen sangat rahasia itu di media sosial.
Ketua DPR AS, Mike Johnson pada hari Minggu mengatakan "penyelidikan sedang berlangsung dan saya akan mendapatkan pengarahan tentang hal itu dalam beberapa jam".
"Kami memantaunya dengan saksama," ucap Johnson, dikutip dari The Times of Israel.
Badan Intelijen Geospasial Nasional dan Kantor Direktur Intelijen Nasional tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Baca juga: Israel akan Serang Al-Qard Al-Hassan, Kantor Keuangan yang Dituduh Pro-Hizbullah Lebanon
Pentagon mengatakan sedang menyelidiki laporan kebocoran tersebut.
Seorang pejabat AS mengatakan dugaan kebocoran tersebut, meskipun sangat mengkhawatirkan, tidak akan memengaruhi rencana serangan terhadap Iran.
The New York Times melaporkan para pejabat secara pribadi mengakui dokumen tersebut asli, tetapi kemungkinan besar dokumen tersebut hanya mewakili sebagian informasi yang dimiliki AS mengenai rencana sekutu dekatnya tersebut.