Perang Rusia-Ukraina Hari ke-972: Kyiv Kecam Sekjen PBB yang akan Kunjungi Putin
Perang Rusia-Ukraina hari ke-972: Kyiv mengecam Sekjen PBB António Guterres yang akan mengunjungi Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Kamis mendatang.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-972 pada Selasa (22/10/2024).
Pada tengah malam, media Barat melaporkan Korea Selatan sedang mempertimbangkan kemungkinan mengirim spesialis militernya ke Ukraina jika Korea Utara terbukti membantu Rusia dalam perangnya.
Pada pukul 01.00 waktu setempat, Rusia menyerang bangunan tempat tinggal di Sumy dengan drone, menurut laporan administrasi militer Sumy.
Pada pukul 03.00 waktu setempat, tercatat lepas landas dua pesawat pengebom strategis Tu-95MS dari lapangan terbang Olenya, yang diduga untuk meluncurkan rudal ke Ukraina, seperti diberitakan Telegraph.
Sekjen PBB akan Kunjungi Putin, Bahas Perang Rusia-Ukraina
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, akan mengunjungi Kremlin untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Kamis (24/10/2024).
Mereka akan membahas perang Rusia dan Ukraina dalam kunjungan pertama Sekjen PBB ke Rusia dalam lebih dari dua tahun.
Pertemuan tersebut tampaknya dijadwalkan berlangsung di sela-sela KTT Brics di kota Kazan, Rusia bagian tengah.
PBB tidak segera mengonfirmasi rencana pertemuan tersebut, yang dikritik keras oleh Ukraina.
Ukraina Sebut Antonio Gutteres Rusak Reputasi PBB
Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan pertemuan Sekjen PBB, Antonio Gutteres dengan Putin sekarang tidak memajukan tujuan perdamaian dan merusak reputasi PBB.
Baca juga: Korut-Korsel Memanas, Wamenlu Kim Hong Minta Kim Jong Un Segera Tarik Pasukannya dari Rusia
“Sekretaris Jenderal PBB menolak undangan Ukraina untuk menghadiri pertemuan puncak perdamaian global pertama di Swiss. Namun, ia menerima undangan ke Kazan dari penjahat perang Putin," kata Kementerian Luar Negeri Ukraina, Senin (21/10/2024) kemarin.
2 Orang Tewas dalam Serangan Rusia
Serangan rudal Rusia di kota selatan Zaporizhzhia menewaskan dua orang dan melukai 15 orang di pusat kota.
"Serangan itu menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur sipil termasuk sebuah taman kanak-kanak dan lebih dari 30 bangunan tempat tinggal," kata gubernur daerah, Ivan Fedorov, pada hari Senin.
Korea Selatan Panggil Dubes Rusia, Tuduh Putin Kerahkan Tentara Korea Utara
Korea Selatan telah memanggil duta besar Rusia untuk menyampaikan protes dengan nada paling keras tentang pengiriman ribuan tentara Korea Utara untuk membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina.
Wakil menteri luar negeri pertama Korea Selatan, Kim Hong-kyun, mengatakan kepada utusan Rusia, Georgy Zinoviev, bahwa keikutsertaan pasukan Korea Utara dalam perang tersebut melanggar resolusi PBB.
Ia menuntut penarikan pasukan Korea Utara segera dari Rusia, seperti diberitakan The Guardian.
Zelensky: AS Siapkan 800 Juta Dolar untuk Ukraina
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan AS sedang mempersiapkan paket bantuan senilai 800 juta dolar AS untuk produksi drone Ukraina.
"Paket itu merupakan tambahan $400 juta untuk senjata yang diumumkan saat menteri pertahanan AS, Lloyd Austin, mengunjungi Kyiv," kata Zelensky, Senin kemarin.
Sebelumnya Lloyd Austin mengatakan AS akan memberi Ukraina apa yang dibutuhkannya untuk melawan Rusia.
Zelensky masih berupaya membujuk sekutunya agar mengizinkan Ukraina menggunakan senjatanya untuk menyerang wilayah Rusia.
Ukraina mengalami kesulitan menahan kampanye Rusia yang ganas di sepanjang front timur, harus menyerahkan serangkaian kota, desa, dan dusun.
Ukraina menghadapi musim dingin yang keras setelah Rusia menargetkan jaringan listriknya.
Ukraina Minta Bantuan Asing untuk Setop Serangan Rusia di Laut Hitam
Ukraina telah meminta dukungan asing untuk menghentikan serangan Rusia di pelabuhan Laut Hitam setelah serangkaian serangan yang berakibat fatal, termasuk di Odesa.
Saat berkunjung ke Turki, Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha mengatakan serangan dalam beberapa minggu terakhir telah merusak empat kapal sipil.
Andrii Sybiha dan presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, telah membahas navigasi yang aman untuk pengiriman di Laut Hitam.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)