Takut Kena Jebakan, Puluhan Tentara Israel Batalyon 5 Dipenjara Militer Karena Menolak Misi di Gaza
Puluhan tentara Israel yang dihukum penjara militer itu menolak perintah tersebut khawatir gedung tersebut mungkin dipasangi jebakan.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Takut Kena Jebakan, Puluhan Tentara Israel Batalyon 5 Dipenjara Militer Karena Menolak Misi ke Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Puluhan prajurit cadangan Israel (IDF) dari Batalyon 5 dilaporkan dijatuhi hukuman penjara militer karena menolak perintah.
Perintah yang mereka tolak adalah memasuki sebuah gedung di pinggiran Gaza tanpa dukungan udara atau K-9.
Kesepuluh tentara Israel yang dihukum penjara militer itu menolak perintah tersebut khawatir gedung tersebut mungkin dipasangi jebakan.
Baca juga: Media Israel: Segera Terjadi Kekurangan Besar-besaran Tentara Cadangan IDF dalam 10 Hari ke Depan
Menurut sumber yang dikutip oleh media berbahasa Ibrani, Walla, para prajurit IDF tersebut ragu-ragu untuk melaksanakan tugas tersebut karena masalah keselamatan.
"Kurangnya dukungan dilaporkan karena keterbatasan sumber daya," kata laporan tersebut.
Sumber daya yang dimaksud adalah personel maupun peralatan tempur dan militer.
Juru bicara militer Pendudukan Israel mengonfirmasi bahwa penyelidikan atas insiden tersebut sedang berlangsung di bawah komandan divisi.
Baca juga: Pasukan Israel Mundur dari Kota-Kota di Lebanon Selatan, Agresi Darat IDF Selesai, Hizbullah Menang?
Penyebab IDF Menolak Kembali Bertugas
Fenomena desersi dan penolakan tugas di kalangan tentara IDF bukanlah persitiwa baru.
Pada Juni silam, sejumlah media Israel mengatakan puluhan tentara cadangan Israel yang telah kembali dari dinasnya menolak untuk kembali ke Jalur Gaza.
Mereka trauma karena mengingat apa yang mereka lalui dan pengalaman itu sudah cukup bagi mereka untuk mengambil keputusan tersebut.
Selain itu, mereka memilih mendapatkan hukuman atas penolakan tersebut daripada harus kembali menjalankan dinas militer ke Jalur Gaza.
"Puluhan tentara cadangan menyatakan bahwa mereka tidak akan kembali bertugas militer di Gaza, meski mereka dikenakan hukuman," lapor surat kabar Israel, Calcalist, Selasa (25/6/2024).