PM Lebanon Berharap Gencatan Senjata dengan Israel Terjadi Sebelum Pemilu AS
Perdana Menteri Lebanon melakukan panggilan telepon dengan utusan AS Amos Hochstein untuk membicarakan gencatan senjata pihaknya dengan Israel.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Lebanon melakukan panggilan telepon dengan utusan AS Amos Hochstein untuk membicarakan gencatan senjata pihaknya dengan Israel.
Melalui panggilan telepon, Hochstein memberikan janji kepada PM Lebanon, Najib Mikati, gencatan senjata akan terjadi dalam waktu dekat.
"Panggilan hari ini dengan Hochstein memberi kesan kepada saya, mungkin kita bisa mencapai gencatan senjata dalam beberapa hari mendatang, sebelum tanggal lima" November, kata Najib Mikati pada hari Rabu (30/10/2024)m, dikutip dari Arab News.
Saat melakukan panggilan telepon dengan Mikati, Hochstein sedang menuju ke Israel.
"Hochstein sedang menuju ke Israel pada hari Rabu untuk membahas persyaratan gencatan senjata dengan Hizbullah," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan kepada wartawan.
AS juga dilaporkan tengah menggarap proposal gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel.
Proposal tersebut memuat gencatan senjata selama 60 hari.
Qassem mengatakan bahwa dasar proposal gencatan senjata adalah penerapan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengakhiri perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah.
Resolusi tersebut adalah Resolusi DK PBB 1701 yang menyatakan hanya tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB yang harus dikerahkan di Lebanon selatan.
"Tentara Lebanon siap untuk memperkuat kehadirannya di Lebanon selatan dan memastikan bahwa satu-satunya senjata dan infrastruktur militer di daerah itu adalah yang dikendalikan oleh negara," kata Mikati.
Naim Qassem Hanya Ingin Gencatan Senjata Sesuai dengan Syarat
Pemimpin baru Hizbullah, Naim Qassem mengatakan dirinya hanya akan menyetujui gencatan senjata dengan Israel apabila syarat yang ia usulkan diterima oleh Zionis.
"Jika Israel memutuskan bahwa mereka ingin menghentikan agresi, kami katakan kami terima, tetapi dengan syarat-syarat yang kami anggap tepat dan sesuai," kata Qassem, dikutip dari Al-Arabiya.
Baca juga: Bagaimana Prospek Gencatan Senjata Antara Israel dan Hizbullah?
Meski adanya kemungkinan gencatan senjata, Qassem menekankan pihaknya tidak akan mengemis itu.
"Namun Hizbullah tidak akan mengemis untuk gencatan senjata," tambahnya.
Menurutnya, saat ini pihaknya ataupun Israel tidak ada pembicaraan apapun tentang gencatan senjata.
Usulan terkait gencatan senjata juga tidak ada hingga saat ini.
"Tidak ada proyek yang diusulkan yang disetujui Israel dan yang dapat kita bahas," katanya.
Qassem hanya meminta kepada Israel untuk segera meninggalkan Lebanon.
"Keluarlah dari tanah kami untuk mengurangi kerugian Anda. Jika Anda tetap tinggal, Anda akan membayar lebih dari yang pernah Anda bayarkan dalam hidup Anda,” kata Qassem.
Sebelumnya, Hizbullah menekankan selama berkali-kali bahwa pihaknya hanya akan menghentikan serangannya terhadap Israel jika gencatan senjata dicapai di Gaza.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)