Rahasia Hamas Masih Bisa Terus Tewaskan Tentara Israel Meski Diberondong IDF dalam Setahun Perang
Jika Hamas tinggal sisa-sisa, mengapa Tentara IDF seperti rapuh dan gampang terbunuh oleh milisi Hamas? Rahasia apa yang dimiliki Al Qassam?
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Hanna menjelaskan bahwa transisi milisi perlawanan Hamas di Gaza ke perang gerilya berarti organisasi tersebut “tidak memerlukan struktur militer, juga tidak memerlukan pertempuran di tingkat batalion militer, brigade, dan lain lain laiknya struktur baku militer.”
Ini menjelaskan kenapa setelah para petinggi Hamas gugur diburu Israel, seperti kepala organisasi dan komandan tempur lapangan, Yahya Sinwar, Al Qassam masih mampu beroperasi secara solid melawan IDF.
Elias juga menunjukkan, milisi perlawanan Palestina itu berhasil beradaptasi dengan kondisi lapangan dan realitas baru, bahwa faktanya mereka memang kehilangan banyak petempur akibat serangan brutal Israel yang juga menghantam warga sipil.
Realitas baru ini yang membuat milisi perlawanan di Gaza berperang dengan “unit kecil tetapi dengan kebebasan besar,” karena setiap unit tempur beroperasi di wilayah geografis yang dikuasai dan diketahui sepenuhnya, papar Elias dikutip dari Khaberni, Sabtu (2/11/2024).
Hanna menyebutkan alasan lain dari keberhasilan milisi perlawanan Palestina dalam memerangi pasukan Israel, yaitu ketersediaan senjata tempur, termasuk alat peledak, rudal anti-tank, dan senapan sniper.
Artinya, Israel, sejauh perang brutal selama satu tahun ini, tidak juga berhasil membendung pasokan persenjataan dan amunisi bagi kelompok milisi Palestina.
Terlebih, Al Qassam dan faksi lain milisi perlawanan Palestina kerap punya cara memanfaatkan amunisi dan persenjataan Israel sendiri yang tidak meledak di Jalur Gaza.
Faktor lainnya dari kesuksesan Hamas dalam setahun perang Gaza, Elias menambahkan, adalah pasokan pejuang masih tersedia bagi Hamas dan faksi lain milisi perlawanan.
"Hal itu karena adanya tempat berlindung yang aman bagi pejuang perlawanan di Gaza, selain adanya jaringan terowongan bawah tanah," kata Elias.
Beberapa hari yang lalu, Radio Tentara Israel mengumumkan penarikan Brigade 460 dari Kamp Jabalia.
Pasukan Israel di wilayah tersebut kini tinggal menyisakann Brigade 401 serta Brigade Infanteri Givati .
Dalam statistik terbaru yang diterbitkan oleh tentara pendudukan Israel, mereka mengakui jumlah korban tewas sebanyak 890 tentara, perwira, polisi, dan pasukan keamanan sejak dimulainya Pertempuran Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Laporan itu menyatakan kalau sebagian besar korban tewas terjadi di garis depan Gaza, baik dalam serangan tanggal 7 Oktober atau selama operasi darat yang berlanjut hingga hari ini.
IDF Kesulitan Rekrut Prajurit
Di sisi lain, Israel justru mengalami krisis pasukan.