Warga Sipil Terjebak di Tengah Pengeboman oleh Israel, Pembantaian Baru di Nuseirat Gaza Utara
Tentara Israel pada hari Sabtu melancarkan serangan udara dan pemboman artileri di wilayah Gaza utara dan tengah, yang mengakibatkan tewasnya 20 warga
Editor: Muhammad Barir
Di lokasi yang sama, korban luka dilaporkan akibat tembakan pesawat tak berawak Israel di dekat Sekolah Halima Al-Sadia di Jabaliya Al-Nazla.
Di Kota Gaza, serangan udara Israel menargetkan ambulans yang mengangkut korban luka di daerah Abu Iskandar, Sheikh Radwan.
Selain itu, media Israel melaporkan evakuasi tentara Israel yang terluka di dekat kamp Jabaliya, utara Gaza, melalui helikopter.
Sumber-sumber Palestina mencatat bahwa daerah itu menyaksikan aktivitas udara intens dari pesawat tempur dan helikopter Israel, bersama dengan penembakan artileri berat di Jabaliya dan lingkungan sekitarnya.
Genosida yang Sedang Berlangsung
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan terhadap Gaza.
Saat ini sedang diadili di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 43.259 warga Palestina telah terbunuh, dan 101.827 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
Selain itu, sedikitnya 11.000 orang belum diketahui keberadaannya, diduga tewas tertimbun reruntuhan rumah mereka di seluruh wilayah Strip.
Israel mengatakan bahwa 1.200 tentara dan warga sipil tewas selama Operasi Banjir Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober. Media Israel menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa banyak warga Israel tewas pada hari itu karena 'tembakan teman'.
Organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas yang terbunuh dan terluka adalah wanita dan anak-anak.
Perang Israel telah mengakibatkan kelaparan akut, terutama di Gaza utara, yang mengakibatkan kematian banyak warga Palestina, kebanyakan anak-anak.
Agresi Israel juga mengakibatkan pengungsian paksa hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk di dekat perbatasan dengan Mesir – dalam apa yang telah menjadi eksodus massal terbesar Palestina sejak Nakba tahun 1948.
Kemudian dalam perang tersebut, ratusan ribu warga Palestina mulai berpindah dari selatan ke Gaza tengah dalam upaya mencari keselamatan.
SUMBER: PALESTINE CHRONICLE