Mantan Dubes Israel Prediksi Bantuan Militer AS segera Berakhir: Trump Nilai Ongkos Perang Kemahalan
Oren menilai sosok Trump adalah orang yang lebih mementingkan kepentingan negaranya sendiri dibandingkan membantu sekutu-sekutunya yang kesusahan
Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Kemenangan Donald Trump pada pemilihan Presiden Amerika Serikat memberikan dampak luas hingga mancanegara.
Satu di antaranya yang menaruh perhatian atas kemenangan Donald Trump di Pilpres 2024 adalah Israel.
Sebagai salah satu negara sekutu terdekat dari Amerika Serikat, banyak pihak di Israel yang kini mulai menerka-nerka bagaimana masa depan mereka di bawah kepemimpinan sosok Trump.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, adalah salah satu tokoh yang pertama menyampaikan reaksinya ke publik terkait kemenangan Trump.
"Selamat atas kebangkitan terbesar dalam sejarah!" tulisnya Netanyahu mengucapkan selamat kepada Trump di Twitter.
Netanyahu sebelumnya juga tercatat pernah menyebut Trump sebagai "teman terbaik yang pernah dimiliki Israel di Gedung Putih".
Namun demikian, sikap optimisme ini tak sepenuhnya dimiliki oleh rakyat Israel lainnya.
Satu di antara tokoh publik di Yerusalem yang pesimis dengan kemenangan Donald Trump ini adalah Mantan Duta Besar Israel untuk AS, Michael Oren.
Menilik dari rekam jejak Donald Trump di masa jabatan pertamanya, Oren menilai bahwa Israel harus bersiap-siap mengalami pengurangan bantuan militer dari AS.
Menurut Oren, potensi pengurangan bantuan tersebut bisa terjadi karena dua faktor penting yang dimiliki sosok Donald Trump.
Pertama-tama, Oren menilai sosok Trump adalah orang yang lebih mementingkan kepentingan negaranya sendiri dibandingkan membantu sekutu-sekutunya yang tengah kesusahan.
Baca juga: Mengapa Israel Lebih Memilih Donald Trump Sebagai Presiden AS?
"Kita harus sangat jernih tentang siapa Donald Trump dan apa yang dia perjuangkan." buka Oren seperti yang dikutip dari BBC pada Jumat (8/11/2024).
Kedua, Trump adalah orang yang "tidak suka perang".
Bagi Trump, perang adalah "kegiatan" yang mahal dan menghasilkan lebih banyak kerugian daripada profit.
Trump juga secara blak-blakan telah mendesak Israel untuk segera mengakhiri perang di Gaza selama kampanyenya.
Sosok yang pernah menjabat sebagai Presiden AS di periode 2016-2020 ini juga dikenal sebagai bukan "penggemar besar" terhadap kebijakan pemukiman Israel di wilayah Tepi Barat, kata Oren.
Bagi Oren, kedua kebijakan Trump ini bisa membuatnya berselisih paham dengan partai-partai sayap kanan dalam koalisi pemerintahan Netanyahu saat ini,.
Situasi ini juga dinilai Oren membuat posisi Netanyahu kian tersudut.
Saat diminta memilih antara tuntutan sekutu AS-nya dan tuntutan mitra koalisinya, Oren menilai Benjamin Netanyahu cenderung memilih koalisinya.
Hal ini juga membuat ketegangan dengan Presiden AS saat ini, Joe Biden, semakin tajam.
Michael Oren percaya Netanyahu perlu mengambil pendekatan yang berbeda dengan presiden yang akan datang.
Oren menilai Netanyahu tak bisa melakukan "ulur-ulur" kebijakan seperti yang ia terapkan selama ini di hadapan tekanan Joe Biden.
"Jika Donald Trump kembali menjabat pada Januari dan ia mengatakan, 'Oke, kalian punya waktu seminggu untuk mengakhiri perang ini,' Netanyahu harus menghormati itu." pungkas Oren.
(Tribunnews.com/Bobby)