Awalnya Semangat Mau Balas Dendam ke Hamas, Pasukan Cadangan Israel Kini Makin Ogah Berperang
Awalnya, tingkat pemenuhan wajib militer ke pasukan cadangan Israel adalah 100 persen. Kini angka itu anjlok hingga 65 persen saat perang berlangsung
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Qassam mengklaim, serangan jarak dekat membunuh semua tentara Israel tersebut.
"Mereka melawan unit dengan senjata ringan dan granat di utara Beit Lahia di Jalur Gaza setelah menargetkan mereka dengan RPG," menurut pernyataan resmi di saluran Telegram Brigade Al Qassam.
Dua Armored Personnel Carriers (APC) Israel, juga menjadi sasaran roket “Yassine-105” yang bermuatan Tandem, tambah keterangan Al Qassam.
Sebuah alat peledak juga diledakkan pada buldoser militer di kamp Jabalia.
Al-Qassam juga melaporkan bahwa mereka menargetkan pasukan Israel di dekat Koridor Netzarim dengan mortir bekerja sama dengan “Brigade Abu Ali Mustafa”.
Taktik Efektif Al Qassam
Media Amerika Serikat (AS), The New York Times mengutip analis militer dan tentara Israel melaporkan taktik perang gerilya - yang dilakukan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Gaza utara - membuat mereka sulit dikalahkan militer Israel (IDF).
Sumber-sumber ini, menurut laporan itu, mengatakan kalau Hamas mempunyai cukup petempur dan amunisi untuk "menyeret Israel dalam perang yang lambat dan tanpa kemenangan."
Baca juga: Komandan Brigade Lapis Baja ke-401 Israel Tewas di Jabalia, Hamas Solid Sepeninggal Yahya Sinwar
Ulasan itu menunjukkan apa yang dia gambarkan sebagai taktik "hit and run", memungkinkan Brigade Al Qassam merugikan Israel dan menghindari kekalahan.
The New York Times menjelaskan, terbunuhnya seorang komandan brigade tentara Israel di Gaza utara pada Minggu, menegaskan kalau sayap militer Hamas, meskipun tidak mampu beroperasi sebagai milisi dan tentara tradisional, masih menjalankan perang gerilya yang kuat.
Baca juga: Rincian Penargetan Komandan Brigade 401 Israel di Jabalia, Al Qassam: 12 Infanteri IDF Kena Bom TV
Ulasan juga menunjukkan kalau serangan mendadak yang menewaskan seorang perwira senior Israel itu menunjukkan bagaimana Hamas telah bertahan selama hampir satu tahun sejak Israel menginvasi Gaza akhir Oktober lalu.
"Qassam kemungkinan besar akan mampu melakukan hal yang sama bahkan setelah pemimpinnya, Yahya Sinwar, gugur dalam konfrontasi dengan tentara pendudukan Israel pekan lalu," kata laporan tersebut dikutip Khaberni, Selasa (22/10/2024).
Jaringan Terowongan Masih Utuh
Menurut New York Times, para analis dan tentara Israel mengatakan bahwa pejuang Hamas yang tersisa bersembunyi di balik bangunan-bangunan yang hancur dan jaringan terowongan bawah tanah yang luas.
Banyak di antara terowongan tetap utuh meskipun ada upaya Israel untuk menghancurkannya.
Pernyataan-pernyataan ini muncul mengingat kerugian yang diderita pasukan pendudukan Israel di Jalur Gaza utara, dan ketidakmampuan mereka selama berminggu-minggu untuk menyelesaikan pertempuran dengan pejuang perlawanan meskipun terjadi pengepungan yang menyesakkan dan penggunaan warga sipil sebagai tameng manusia.