Trump Disebut Belum Tentu Pro-Israel dan Anti-Iran, Zionis Bisa Saja Kecolongan dan Gigit Jari
Eks pejabat AS berujar Trump kali ini akan berbeda dengan Trump ketika pertama kali menjadi orang nomor satu di AS.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut belum tentu pro-Israel dan anti-Iran pada masa kepemimpinannya yang kedua.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton berujar Trump kali ini akan berbeda dengan Trump ketika pertama kali menjadi orang nomor satu di AS.
“Mereka yang meyakini bahwa Trump akan secara otomatis pro-Israel dan anti-Iran telah keliru menilai orang itu,” kata Bolton kepada i24 News hari Minggu, (1/12/2024).
Bolton menyinggung peristiwa ketika Trump tergoda untuk menemui mantan Perdana Menteri Iran Mohammad Javad Zarif meski para penasihatnya menentang hal itu.
Dia mengatakan Trump susah mengatasi godaan untuk membuat perjanjian yang begitu penting dengan Iran.
“Itulah alasan dia bernegosiasi dengan Kim Jong Un dari Korea Utara. Dia berpikir kesepakatan itu adalah hal yang kehati-hatian, itu bukan berarti bahwa dia mengejar suatu kebijakan, dia hanya berpikir bahwa dia bisa membuat perjanjian, dan jika itu terjadi, dia bisa mendapat banyak perhatian,” ujar Bolton.
Di samping itu, Bolton menyindir Trump yang pernah mengklaim bisa mengatasi krisis Ukraina hanya dalam 24 jam. Caranya ialah dengan membawa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin ke dalam satu ruangan.
Adapun perihal kebijakan domestik, Bolton memperkirakan Trump bakal memberlakukan kebijakan kontroversial, misalnya mengusir imigran ilegal dan menaikkan tarif.
Israel bisa kecolongan
Pada Pilpres AS 2024 sebagian besar warga Israel mendukung Trump daripada Kamala Harris.
Menurut survei yang dilakukan oleh Channel 12 pada bulan Oktober lalu, 66 persen warga Israel mendukung Trump.
Baca juga: Takut Donald Trump, Sejumlah Imigran Mulai Membatalkan Niat Pindah ke AS dan Balik dari Meksiko
Sementara itu, jumlah yang mendukung Harris hanya 17 persen, sedangkan 17 persen lainnya mengaku tidak tahu.
Sebanyak 93 persen dari warga Israel yang memilih partai-partai dalam koalisi Presiden Israel Benjamin Netanyahu turut mendukung Trump.
Trump memang mengambil sejumlah langkah pro-Israel pada masa kepemimpinannya yang pertama. Langkah itu misalnya memindahkan Kedutaan AS ke Yerusalem, mengakui pencaplokan Israel terhadap Dataran Tinggi Golan, dan sikap yang lebih keras kepada Iran.
Akan tetapi, apabila Trump tidak atau kurang pro-Israel pada masa kepemimpinannya yang kedua, Israel bisa merasa kecolongan dan kecewa.