Serangan Udara Israel Menargetkan Kelompok Pro-Iran di Suriah Timur
Israel melancarkan serangan udara di Suriah timur hari ini (Minggu), menargetkan gudang senjata.
Editor: Muhammad Barir
Militer Israel mengklaim pihaknya "tidak ikut campur dalam urusan internal" di Suriah tetapi akan tetap berada di zona penyangga "selama diperlukan."
Pasukan Israel memasuki zona penyangga dengan dalih adanya dugaan ancaman dari militan ekstremis.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar mengklaim "angkatan bersenjata" memasuki zona penyangga dan menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB yang ditempatkan di daerah tersebut.
"Israel prihatin dengan pelanggaran Perjanjian Pelepasan 1974 antara Israel dan Suriah, yang juga menimbulkan ancaman terhadap keamanannya, keselamatan masyarakatnya, dan warganya, khususnya di wilayah Dataran Tinggi Golan," tulisnya pada X.
Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama perang tahun 1967, menduduki wilayah tersebut secara ilegal, dan mencaploknya pada tahun 1981.
Israel telah mengebom Suriah ratusan kali sejak dimulainya perang rahasia yang dipimpin AS di Suriah pada tahun 2011.
Pengeboman tersebut terus berlanjut setelah perang berakhir pada tahun 2019, dalam apa yang disebut media Israel sebagai "pertempuran antara kedua perang."
Serangan Israel semakin intensif setelah dimulainya perang di Gaza lebih dari setahun yang lalu.
Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan fasilitas senjata yang digunakan untuk mendukung Hizbullah dan perlawanan Islam di Lebanon.
Israel Bombardir Gedung-gedung Militer & Pemerintahan di Damaskus Setelah HTS Ambil Alih Kekuasaan
Serangan udara Israel menghantam distrik Mazzeh di Damaskus dan sebuah pangkalan udara di Suwayda di Suriah selatan pada tanggal 8 Desember, hanya beberapa jam setelah pemerintah Suriah jatuh ke tangan ekstremis yang didukung asing.
Puluhan serangan udara Israel menghantam Bandara Militer Mazzeh bersama dengan gedung bea cukai dan intelijen, alun-alun keamanan, fasilitas penelitian ilmiah, dan laboratorium pertahanan.
Pengeboman ini terjadi setelah militan ekstremis dari Hayat Tahrir al-Sham menguasai ibu kota Suriah pada malam hari