Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Deutsche Welle

Blora dan Kisah-Kisah yang Terlupakan: Misteri Sedulur Sikep Samin

Apa yang kamu bayangkan ketika mendengar nama Blora? Tandus? Kemiskinan? Pohon jati? Banyak misteri lain di kota itu yang belum terungkap,.…

zoom-in Blora dan Kisah-Kisah yang Terlupakan: Misteri Sedulur Sikep Samin
Deutsche Welle
Blora dan Kisah-Kisah yang Terlupakan: Misteri Sedulur Sikep Samin 

Hingga kini kaum Samin yang berada di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, masih eksis dan menjadi salah satu kawasan wisata berbasis budaya-spiritualitas lokal yang sangat menarik. Para pengunjung (turis) bisa berinteraksi dan bercengkrama dengan warga Samin yang ramah dan sederhana serta menikmati berbagai kesenian, praktik ritual-keagamaan, tata busana, adat, tradisi, alam pertanian, dan kuliner khas mereka. Saya membandingkan Kampung Samin Blora ini seperti Kampung Amish di Pennsylvania dan Indiana (Amerika) atau Kampung Arab Baduin di Jordania.

Kiprah penting para tokoh

Kisah menarik lain dari Blora yang cenderung terlupakan adalah mengenai peran inspiratif sejumlah tokohnya. Tidak banyak yang tahu jika sejumlah tokoh Blora telah memainkan peran penting dan memiliki karir bersinar di tingkat nasional, baik di bidang politik, pendidikan, maupun keagamaan. Ada beberapa nama tokoh Blora yang perlu disebutkan di sini karena kiprahnya yang penting di tingkat nasional atau lantaran aktivitasnya yang masyhur hingga mancanegara, selain Pram atau Samin Surosentiko sudah disinggung di atas.

Sebut saja misalnya Oeripan Notohamidjojo (1915-1985), spesialis hukum peminat teologi yang menjadi rektor pertama Universitas Kristen Satya Wacana yang turut meletakkan fondasi keilmuan dan pendidikan di salah satu universitas Kristen tertua di Indonesia ini.

Ia dikabarkan putra Abdullah Fatah, seorang tokoh hukum agama dan pergerakan Islam. Mochamad Adnan adalah nama lain yang perlu disebut. Ia adalah ahli pangan dan pertanian alumni universitas di Amerika yang pernah menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada di awal tahun 1990an. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah Abdul Mukti Ali, mantan Menteri Agama di awal 1970an, sarjana ahli perbandingan agama, dan salah satu ulama pembaharu Islam terkemuka.

Ada sejumlah nama penting berdarah Blora lainnya seperti L.B. Moerdani, Ali Murtopo, jurnalis Marco Kartodikromo, atau tokoh tarekat kharismatik Kiai Zainal Abidin dan lain-lain yang tentu saja tidak mungkin disebutkan satu per satu di esai singkat ini. Data ini belum termasuk tokoh Blora masa kini yang banyak berkiprah di tingkat nasional di berbagai bidang: pendidikan, kepolitikan, kemiliteran, kepolisian, kesenian, jurnalisme, dan lainnya.

Dari data singkat ini dapat diketahui bahwa para tokoh Blora sangat beragam spesialisasi dan kiprah mereka di panggung publik. Data ini juga menunjukkan walaupun secara geografis Blora cukup terisolir dari daerah-daerah lain tetapi tidak lantas membuat masyarakatnya terisolir secara keagamaan, pendidikan, keilmuan, kesenian, tradisi, dan kebudayaan.

Masyarakat Blora mampu beradaptasi dengan baik dan bisa memanfaatkan celah dan potensi lingkungan untuk pengembangan potensi diri sehingga bisa bertahan meskipun dalam keterbatasan. Pula, mereka dapat menciptakan kreativitas lokal di berbagai sektor sehingga membuat Blora tetap menarik, istimewa, dan eksotis (bersambung).

Berita Rekomendasi

Sumanto al Qurtuby: Pendiri Nusantara Institute dan Pengajar King Fahd University of Petroleum & Minerals

Sumber: Deutsche Welle
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas