Panasi Mesin Tempur, Israel Disebut Akan Lancarkan Serangan Besar ke Yaman, Balas Rudal Houthi
Israel dikabarkan sedang menyiapkan serangan besar ke Yaman untuk melawan kelompok Houthi. Sebelumnya, Houthi menembakkan rudal hipersonik ke Israel.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM – Media-media Israel ramai memberitakan bahwa negara Zionis itu sedang menyiapkan serangan besar yang menargetkan kelompok Houthi atau Ansarallah di Yaman.
Salah satu media turut memberitakan adalah Israeli Public Broadcasting Corporation atau KAN.
“Houthi mengambil peran dengan menyerang Israel demi kepentingan seluruh poros Iran,” kata KAN hari Senin.
Menurut KAN, tumbangnya rezim Bashar al-Assad dan melemahnya kelompok Hizbullah menjadi faktor yang berkontribusi dalam serangan Houthi.
Sementara itu, militer Israel menegaskan pentingnya mengatasi ancaman yang muncul dari Yaman.
“Ini memerlukan pengalihan sumber daya intelijen dan menyiapkan satuan operasional untuk misi itu,” kata militer Israel dikutip dari Anadolu Agency.
Sementara itu, Houthi hingga kini belum menanggapi rencana serangan besar Israel ke Yaman.
Adapun kabar adanya rencana serangan Israel itu muncul setelah Houthi pada hari Senin kemarin menembakkan rudal ke Israel dan memicu raungan sirene peringatan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dikabarkan berhasil menembak jatuh rudal yang diklaim Houthi sebagai rudal hipersonik itu.
All Israel menyebut rudal itu ditangkis di atmosfer dengan sistem pertahanan Arrow-3.
Serangan rudal itu diklaim tidak menimbulkan korban jiwa ataupun korban luka. Meski demikian, beberapa orang terluka saat berlarian ke tempat perlindungan.
Baca juga: Rudal Hipersonik Houthi Mengamuk di Israel, Fasilitas Militer Hingga Infrastuktur Vital Hancur
Sejak November kemarin Houthi sudah menembakkan enam rudal balistik dan lima drone atau pesawat tanpa awak ke Israel. Salah satu drone itu menghantam apartemen di Yavna dan tanpa didahului alarm peringatan.
Untuk menunjukkan solidaritasnya terhadap warga Palestina, Houthi mulai menargetkan kapal-kapal terafiliasi Israel dengan rudal drone semenjak perang di Jalur Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.
Houthi mengklaim akan terus menyerang Israel hingga negara Zionis itu menghentikan perang di Gaza.
Di sisi lain, Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) pada hari Selasa melancarkan serangan udara yang menargetkan fasilitas komando dan kendali di Sanaa, ibu kota Yaman.
Channel 12 menyebut tempat yang ditargetkan AS setara dengan bunker komando bawah tanah milik IDF.
“Hasil serangan itu belum jelas dan akan dicek jika pejabat keamanan senior Houthi hadir,” kata Nir Dvori yang menjadi koresponden Channel 12.
Sementara itu, CENTCOM menyebut fasilitas yang ditargetkan adalah pusat koordinasi operasi Houthi.
“Serangan itu mencerminkan komitmen CENTCOM untuk melindungi AS dan personel koalisi, rekan regional, pelayaran internasional,” kata CENTCOM melalui media sosial X.
Serangan tersebut menandai pertama kalinya AS menyerang target di tengah-tengah ibu kota Yaman.
“Ini target yang tak biasa dalam serangan AS terhadap Houthi di Yaman. Biasanya AS menyerang fasilitas radar, gudang, dan tempat peluncuran,” kata Jason Brodsky, Direktur Kebijakan di lembaga United Against Nuclear Iran.
Sejak awal 2024, AS dan koalisinya melancarkan serangan udara yang menargetkan Houthi. Serangan itu disebut sebagai balasan atas serangan Houthi yang di Laut Merah.
Baca juga: Houthi Serang Israel Saat Sidang Netanyahu di Pengadilan, Pecahan Rudal Meledak di Yerusalem
Karena AS dan Inggris ikut campur, Houthi menganggap kapal-kapal yang terkait dengan kedua negara itu sebagai target militer yang sah.
Houthi tembakkan rudal “Palestina 2”
Menurut Houthi, serangan terbarunya ke Israel mengunakan rudal hipersonik "Palestina-2".
Juru bicara Houthi, Brigjen Yahya Saree, menyebut serangan ke Israel itu adalah balasan atas pembantaian terhadap warga Palestina di Gaza oleh Israel.
Adapun pada bulan September, Houthi mengaku membuat versi termutakhir rudal hipersonik Palestina-2.
Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, berujar pihaknya mulai menggunakan rudal Palestina-2 dalam tahap baru operasi untuk mendukung warga Palestina.
“Dalam tahap operasi militer ini kita akan menjadi lebih efektif demi negara kita, mengingat pengembangan potensi dan produksi rudal Palestina-2 dan kemampuan militer lainnya,” kata al-Houthi hari Kamis, (26/9/2024), dikutip dari Sputnik News.
Menurut al-Houthi, rudal Palestina-2 adalah pencapaian besar.
“Digunakan dalam operasi militer saat tahap kelima untuk membantu jalur Gaza.”
Dia menyebut minggu ini angkatan bersenjata Yaman telah melakukan operasi dengan 39 rudal balistik, rudal penjelajah, dan pesawat nirawak.
“Laut Merah, Laut Arab, dan Teluk Aden menjadi zona terlarang sepenuhnya bagi Israel, Amerika, dan Inggris.”
Palestine-2 pertama kali dipamerkan Houthi pada hari Senin, (16/9/2024), atau sehari setelah serangan rudal yang menembus wilayah Israel hingga jauh ke dalam.
Rudal itu diklaim memiliki teknologi canggih untuk menghadapi sistem pertahanan udara Israel.
Dikutip dari Xinhua, video yang dirilis Houthi beberapa waktu lalu memperlihatkan peluncur rudal itu. Ada tulisan “Palestina-2” dan “Hypersonic” dengan huruf berwarna merah.
Houthi mengklaim rudal itu memiliki jangkauan jelajah hingga 2.150 km dan ditenagai dengan bahan bakar pada.
Rudal itu disebut bisa mencapai kecepatan Mach 16 atau 16 kali kecepatan suara. Oleh karena itu, rudal tersebut masuk dalam kategori hipersonik jika kecepatannya sudah terverifikasi.
Houthi juga mengklaim rudal itu dibekali dengan teknologi siluman dan bisa bermanuver. Bahkan, rudal itu bisa menembus sistem pertahanan udara paling canggih, termasuk Iron Dome milik Israel.
Apabila klaim itu benar, artinya Houthi sudah mendapat pencapaian besar dalam teknologi rudal dan bisa mengubah perimbangan kekuatan di kawasan Timur Tengah.
(Tribunnews/Febri)