Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1029: Kontroversi Senjata Kimia Letnan Jenderal Igor Kirillov
Igor Kirillov memimpin program pertahanan kimia Rusia. Ukraina menuduh Rusia menggunakan senjata kimia, termasuk gas air mata dan chloropicrin.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer menyatakan, "Ketika pendapatan minyak Presiden Rusia terus menyulut api perang ilegalnya, keluarga-keluarga Ukraina harus menanggung malam-malam yang dingin dan gelap, sering kali tanpa pemanas, cahaya, atau listrik akibat serangan rudal Rusia yang tak henti-hentinya."
Pernyataan ini menggambarkan dampak langsung dari konflik terhadap kehidupan sehari-hari rakyat Ukraina.
Dengan diterapkannya sanksi terhadap kapal-kapal tersebut, Inggris berharap dapat menurunkan kapasitas Rusia untuk membiayai operasi militernya.
Ukraina Jatuhkan 20 Pesawat Nirawak Rusia
Pada hari Selasa (17/12/2024), Angkatan Udara Ukraina mengumumkan bahwa mereka berhasil menembak jatuh 20 pesawat nirawak yang diluncurkan oleh Rusia.
Ini menunjukkan ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara dan pentingnya sistem pertahanan udara yang efektif di Ukraina.
Dalam laporan yang dibagikan melalui aplikasi Telegram, Angkatan Udara Ukraina menyebutkan bahwa Rusia telah meluncurkan total 31 pesawat nirawak dalam serangan tersebut.
Selain itu, mereka menambahkan bahwa 10 pesawat nirawak lainnya tidak berhasil mencapai target yang ditentukan.
Keterlibatan Pasukan Korea Utara di Kursk
Dalam sebuah laporan terbaru, pasukan Korea Utara dilaporkan telah terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk, Rusia.
Menurut seorang pejabat senior militer AS, pertempuran ini telah mengakibatkan ratusan korban di pihak Korea Utara, yang mencakup berbagai jenis cedera, dari luka ringan hingga korban jiwa (KIA).
Pejabat militer tersebut menjelaskan bahwa korban berasal dari berbagai pangkat tentara Korea Utara.
"Ini bukan pasukan yang terlatih dalam pertempuran. Mereka belum pernah bertempur sebelumnya, itulah mengapa mereka menderita korban yang mereka alami di tangan Ukraina," kata pejabat itu, menyoroti kurangnya pengalaman tempur yang dialami oleh pasukan Korea Utara.
Panglima tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrsky, mengungkapkan bahwa Rusia telah menggunakan pasukan Korea Utara dalam serangan intensif di Kursk selama beberapa hari terakhir.
Ini menimbulkan pertanyaan mengenai strategi Rusia dalam konflik ini dan mengapa mereka memilih untuk menggunakan tentara dari negara lain.
Keputusan untuk melibatkan pasukan Korea Utara mungkin didasarkan pada kebutuhan mendesak Rusia untuk memperkuat angkatan bersenjatanya di medan perang.
Namun, kurangnya pengalaman dan pelatihan yang memadai pada pasukan ini menjadi tantangan besar, dan hal ini tercermin dalam jumlah korban yang tinggi.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)