Putin Sebut Invasi Ukraina 2022 Seharusnya Dipersiapkan Lebih Sistematis
Putin mengungkapkan bahwa Rusia seharusnya melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina lebih awal dan lebih siap menghadapi perang.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyinggung isu domestik, seperti lonjakan harga barang-barang kebutuhan pokok, termasuk mentega.
Semua permasalahan ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi Rusia, baik di tingkat domestik maupun internasional.
Konferensi pers yang disiarkan langsung ini menggambarkan betapa ketatnya pengawasan terhadap pernyataan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh Putin.
Meskipun demikian, meski banyak pihak yang menyarankan adanya pembaruan dalam kebijakan domestik dan luar negeri Rusia, pengaruh Putin di panggung internasional tetap kuat.
Perang Rusia vs Ukraina
Dikutip dari The Guardian, inilah rangkuman peristiwa terbaru yang berlangsung dalam perang Rusia-Ukraina.
- Keterlibatan Korea Utara dalam Perang Ukraina-Rusia
Sejak Desember, setidaknya 100 warga Korea Utara yang dikerahkan untuk mendukung upaya perang Rusia di Ukraina dilaporkan tewas.
Laporan ini diungkapkan oleh anggota parlemen Korea Selatan, Lee Seongkweun, saat berbicara kepada wartawan pada hari Kamis.
Menurut Lee, Pyongyang telah mengirim ribuan tentara untuk memperkuat militer Rusia, terutama di wilayah perbatasan Kursk.
Wilayah ini menjadi perhatian karena pasukan Ukraina berhasil merebut sebagian wilayah tersebut awal tahun ini.
Keterlibatan langsung pasukan Korea Utara menunjukkan komitmen Pyongyang untuk mendukung sekutunya dalam konflik yang telah berlangsung lama ini.
Pada bulan Desember, pasukan Korea Utara terlibat dalam pertempuran yang sesungguhnya di Ukraina.
Lee menyatakan bahwa dalam pertempuran ini, setidaknya 100 tentara Korea Utara tewas.
Selain jumlah yang tewas, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan juga melaporkan bahwa jumlah tentara yang terluka diperkirakan mencapai hampir 1.000.
- Mark Rutte Frustrasi dengan Para Pemimpin Eropa
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, baru-baru ini menyampaikan rasa frustrasinya terhadap para pemimpin Eropa yang dianggapnya tidak tanggap terhadap situasi krisis saat ini.