Presiden Turki Erdogan: Militan Kurdi Pilih Letakkan Senjata atau Dikubur di Suriah
Presiden Turki Erdogan mengancam militan Kurdi di Suriah untuk meletakkan senjata atau dikubur bersama senjatanya di Suriah usai jatuhnya rezim Assad.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
Sejak jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad awal bulan ini, Turki menegaskan perlunya pembubaran Unit Perlindungan Rakyat, dan menekankan mereka tidak memiliki tempat di masa depan Suriah.
Jatuhnya Rezim Assad di Suriah
Rezim Assad dari Partai Ba'ath runtuh pada 8 Desember 2024, setelah HTS mengumumkan keberhasilannya merebut ibu kota Suriah, Damaskus.
Sebelumnya, HTS memulai serangannya terhadap militer rezim Assad pada 27 November 2024 di Idlib, hingga berhasil merebut kota Aleppo, Hama, Homs, dan Damaskus dalam waktu kurang dari dua minggu.
Setelah digulingkan, Assad dan keluarganya dikabarkan kabur ke Rusia, tempat mereka memperoleh suaka.
Runtuhnya rezim Assad adalah buntut dari perang saudara di Suriah yang berlangsung sejak 2011 ketika rakyat Suriah menuntut turunnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Iran mulai membantu rezim Assad pada 2011 dan Rusia mulai terlibat pada 2015.
Pertempuran sempat meredup pada 2020 setelah Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata antara rezim Assad dan oposisi di Idlib, sebelum meletus lagi pada 27 November lalu.
Bashar al-Assad berkuasa sejak 2000, setelah meneruskan kekuasaan ayahnya, Hafez al-Assad yang berkuasa pada 1971-2000.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)