IDF Akui Tentara Tewas di Gaza Utara, Hamas Punya Roket Jarak Jauh, Israel Mau Ratakan Beit Hanoun
Personel IDF yang tewas diidentifikasi dari Brigade Lapis Baja ke-401 Batalyon ke-9. Dua roket diluncurkan Hamas dari Beit Hanoun ke Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
IDF Akui Tentaranya Tewas di Gaza Utara, Hamas Punya Rudal Jarak Jauh, Israel Mau Ratakan Beit Hanoun
TRIBUNNEWS.COM - Seorang tentara Israel tewas dalam pertempuran di Gaza utara pada Minggu (29/12/2024), kata Pasukan Pendudukan Israel (IDF) dalam sebuah pernyataan, Senin 30/12/2024).
Personel IDF yang tewas itu diidentifikasi sebagai Sersan Staf Yuval Shoham, berusia 22 tahun, dari Brigade Lapis Baja ke-401 Batalyon ke-9.
Baca juga: Petempur Al Qassam Peluk Tentara Israel Lalu Meledak, Mayor Komandan Kompi IDF Tewas di Jabalia
Kematian itu meningkatkan jumlah korban tewas di kalangan militer Israel dalam invasi darat Jalur Gaza menjadi 394 orang.
Pernyataan IDF itu menambahkan kalau seorang prajurit lain dari Brigade Nahal terluka parah selama pertempuran dengan Hamas di Beit Hanoun, Gaza utara.
Baca juga: 50 Perwiranya Tewas, Israel Tarik Mundur Brigade Nahal dari Rafah Setelah 7 Bulan Babak-belur
Hamas Masih Punya Roket Jarak Jauh
IDF diketahui memang tengah mengintensifkan operasi militer mereka di wilayah Gaza Utara yang sudah berulang kali mereka serbu.
Meski begitu, aksi militer IDF tak juga berhasil memadamkan api perlawanan, justru mereka menghadapi kerugian besar.
Radio Tentara Israel mengungkapkan, 40 tentara Israel tewas dalam operasi baru-baru ini di Jabalia, utara Jalur Gaza.
Selain Jabalia, Beit Hanoun adalah lokasi pemusatan serangan tentara IDF.
Pada Sabtu, dua roket jarak jauh diluncurkan dari Gaza utara yang ditujukan ke wilayah di Yerusalem, kata IDF dalam sebuah pernyataan.
IDF mengklaim, dua roket itu diluncurkan Hamas dari Beit Hanoun, dan menambahkan keduanya berhasil dicegat oleh pertahanan udara.
Media berbahasa Ibrani melaporkan tidak ada korban luka dalam serangan yang digambarkan sebagai serangan “langka” tersebut,
Setelah peluncuran, sirene alarm roket dibunyikan di Beit Shemesh dan permukiman sekitarnya, serta di permukiman di wilayah Gaza.
Baca juga: Ketiga Kali dalam Sepekan, Rudal Houthi Kembali Serang Israel: Sirene Meraung-raung Lagi di Tel Aviv
Mau Ratakan Beit Hanoun
Menyusul serangan roket tersebut, IDF mengeluarkan peringatan evakuasi mendesak (pengusiran paksa) kepada warga sipil di kota Beit Hanoun, Gaza utara.
"Perintah ini menyusul insiden di mana dua roket jarak jauh diyakini diluncurkan dari daerah yang sama," kata laporan RNTV.
Juru bicara IDF, Avichay Adraee mengatakan, perintah agar pergi dari Beit Hanoun dibarengi dengan perintah jalur evakuasi ke jalur Salah a-Din sebagai koridor aman.
Dalam kasus berulang perintah evakuasi dari IDF, koridor aman yang mereka janjikan justru menjadi ladang pembantaian karena IDF justru menembaki pengungsi yang pergi dengan alasan ada kecurigaan kalau milisi Palestina berada di dalam kelompok pengungsi.
“Peringatan mendesak bagi semua orang yang belum mengungsi dari area yang ditandai pada peta, khususnya area Beit Hanoun. Area ini telah diperingatkan berkali-kali sebelumnya. Anda harus segera mengungsi dari area tersebut dan bergerak ke selatan menuju jalan Salah a-Din. Bergerak melalui jalan lain akan membahayakan Anda,” kata Avichay Adraee.
Perintah evakuasi ini mengindikasikan kalau pasukan Israel akan meratatanahkan Beit Hanoun seperti yang mereka lakukan di Jabalia, juga di Gaza Utara.
Baca juga: Media Israel: Tentara Bergelimpangan Kena Jebakan di Jabalia, IDF Pakai Metode Baru Operasi Militer
Surat kabar Israel, Haaretz menerbitkan laporan panjang dari kamp pengungsi Jabalia, di utara Jalur Gaza.
Dalam laporannya, media tersebut mengonfirmasi kalau kamp tersebut telah berubah menjadi kota hantu, setelah sebelumnya menjadi salah satu tempat paling ramai di dunia sebelum perang.
Baca juga: Petempur Hamas Seorang Diri Tikam Empat Tentara Israel di Jabalia, Senjata-Senjata IDF Direbut
Analis urusan militer surat kabar tersebut, Amos Harel, mengatakan bahwa tentara Israel (IDF) menghancurkan sekitar 70 persen bangunan di kamp Jabalia, selama operasi militer yang dimulai di sana pada tanggal 5 Oktober 2024.
Momen itu merupakan ketiga kalinya tentara Israel menyerbu kamp Jabalia, yang pertama pada Desember 2023, dan yang kedua pada Mei lalu, menurut Harel.
Selama kunjungan singkat ke kamp tersebut, Harel menambahkan, “Dapat dilihat bahwa beberapa bangunan yang tersisa pun mengalami kerusakan yang nyata.
Analis tersebut menyatakan, sulit untuk membandingkan situs dan bangunan besar Hizbullah yang diledakkan oleh tentara Israel di desa-desa di Lebanon selatan, dan perluasan poros Philadelphia di Rafah (Gaza selatan), dengan apa yang terjadi selama dua setengah bulan terakhir di kamp Jabalia, dalam hal tingkat keparahan dan cakupan kehancuran.
Harel menyamakan Jabalia dengan kota hantu, dengan mengatakan: “Di luar Anda dapat melihat sekelompok anjing berkeliaran mencari sisa makanan.”
Hamas Masih Punya Banyak Rudal
Adapun Channel 13 Israel melaporkan Tentara Israel mengumumkan kalau Angkatan Udara (IAF) berhasil mencegat dua rudal yang diluncurkan dari Jalur Gaza utara menuju Yerusalem dan Israel selatan.
Laporan menyatakan, roket ditembakkan dari Beit Hanoun, meskipun tentara Israel (IDF) berulang kali melakukan operasi militer di wilayah tersebut selama perang Gaza berlangsung.
Perkiraan IDF menyatakan kalau gerakan Hamas memiliki lebih banyak rudal yang mampu mencapai Tel Aviv dan Yerusalem, yang merupakan suatu kejutan, terutama karena tentara berulang kali menginvasi Beit Hanoun.
Sumber-sumber terkemuka di wilayah selatan menegaskan bahwa organisasi-organisasi di Jalur Gaza sedang melakukan upaya untuk memulihkan kemampuan rudal mereka, dan bahwa mereka memiliki lebih banyak rudal jarak menengah.
Lembag Penyiaran Israel (KAN) mengindikasikan kalau roket ditembakkan dari jarak dekat dari tempat tentara Israel berada di Beit Hanoun, yang meningkatkan ketegangan di daerah tersebut.
Serbuan IDF di Beit Hanoun
Militer Israel baru-baru ini meluncurkan serangan besar-besaran di daerah Beit Hanoun, Gaza.
Dalam operasi ini, mereka menggunakan tank tempur dan kendaraan lapis baja, serta melibatkan tentara bersenjata lengkap.
Artikel ini akan membahas rincian dari serangan tersebut, dampaknya terhadap warga sipil, dan latar belakang Beit Hanoun.
Apa Penyebab Serangan di Beit Hanoun?
Menurut laporan dari militer Israel, serangan ini dilakukan berdasarkan informasi intelijen yang menyebutkan bahwa militan dan infrastruktur mereka berada di daerah tersebut.
Sebelum invasi darat dilakukan, pesawat tempur Israel telah menyerang berbagai target yang diyakini terkait dengan militan.
Bagaimana Dampak Serangan Terhadap Warga Sipil?
Serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan
Pada tanggal 26 Desember 2024, militer Israel menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara.
Serangan ini menyebabkan kebakaran besar yang merusak fasilitas penting, termasuk ruang operasi dan arsip rumah sakit.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sekitar 400 orang, termasuk staf medis dan pasien, terjebak di dalam rumah sakit saat serangan berlangsung.
Pasukan Israel dilaporkan menahan banyak dari mereka, dengan beberapa mengalami pemukulan dan dibiarkan kedinginan setelah diusir.
Di antara yang ditahan adalah Dr Hussam Abu Safia, direktur rumah sakit.
Nasib pasien lainnya yang terjebak dalam situasi tersebut hingga kini belum diketahui.
Apa Reaksi Internasional Terhadap Serangan Ini?
Serangan di Rumah Sakit Kamal Adwan mendapat kecaman keras, termasuk dari Iran yang menyebutnya sebagai kejahatan perang.
Mereka mengeklaim bahwa serangan ini bertujuan untuk menghancurkan sistem kesehatan di wilayah Gaza yang sudah tertekan oleh situasi perang.
Apa yang Terjadi di Beit Hanoun Pasca Serangan?
Setelah serangan, laporan menunjukkan bahwa pasukan Israel mengepung daerah tempat tinggal 300 keluarga di Beit Hanoun.
Serangan ini merupakan bagian dari serangkaian serangan mematikan yang terjadi di Jalur Gaza, termasuk beberapa serangan pesawat yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa.
Dari laporan yang ada, dua orang dilaporkan tewas akibat serangan di lingkungan Remal, dan satu orang lainnya tewas di dekat Rumah Sakit Lapangan Yordania di Sabra.
Selain itu, tujuh orang ditemukan tewas di reruntuhan rumah setelah serangan di kamp pengungsi Maghazi.
Apa yang Terjadi Selanjutnya di Beit Hanoun?
Kehadiran militer Israel di Rafah, selatan Gaza, juga dilaporkan sedang mengalami revitalisasi, dengan Brigade Kiryati mengambil alih dari Brigade Nahal setelah tujuh bulan.
Semua informasi ini menunjukkan ketegangan yang terus berlanjut di kawasan tersebut, yang semakin mempengaruhi kehidupan warga sipil di Gaza.
Beit Hanoun sendiri, yang merupakan kota Palestina di tepi timur laut Jalur Gaza, memiliki populasi sekitar 52.237 jiwa pada tahun 2017 dan telah berada di bawah administrasi Hamas sejak pertengahan tahun 2007.
Situasi yang kian memburuk ini menambah kompleksitas konflik di kawasan yang sudah penuh dengan ketegangan ini.
Dengan latar belakang serangan yang terus berlangsung dan dampaknya yang parah terhadap kehidupan warga sipil, situasi di Beit Hanoun dan Gaza secara keseluruhan tetap menjadi perhatian dunia.
(oln/khbrn/*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.